Pemilihan Jenderal Yesuit.

PAUS HITAM DARI JEPANG

Yesuit baru saja memilih pimpinan tertinggi yang baru. Bagaimana profil Jenderal Ordo terbesar ini dan apa pula keistimewaan hubungan antara Yesuit dengan Paus?

“Yang mulia Bapa Suci, atas nama saya sendiri dan atas nama semua yang hadir di sini, kami mengucapkan terima kasih berlimpah atas kebaikan Bapa Suci menerima kami semua, peserta Konggregasi Jenderal di Roma pada hari ini”, begitu jenderal Yesuit yang baru membuka sambutannya di hadapan Paus Benediktus XVI (21/02/08).

Sebanyak 226 perwakilan Yesuit dari seluruh dunia berkumpul di Roma sejak 7 Januari yang lalu. Pertemuan akbar ini disebut Konggregasi Jenderal (KJ). KJ kali ini merupakan yang ke-35 sejak ordo ini didirikan pada tahun 1540. Pertemuan diselenggarakan di rumah induk ordo Yesuit (Serikat Yesus) di Borgo Santo Spirito, yang terletak hanya beberapa ratus meter dari Basilika Santo Petrus, Vatikan. Dua agenda utama KJ-35 adalah pemilihan pimpinan baru serta pembicaraan seputar tantangan karya-karya Serikat Yesus di masa depan.

Pilihan Tepat dari Jepang.

Pemilihan jenderal Yesuit yang baru merupakan agenda penting yang banyak ditunggu-tunggu orang. Pemimpin yang lama, Pater Peter-Hans Kolvenbach SY, atas persetujuan Paus, mengundurkan diri karena usia lanjut. Pada tanggal 19 Januari terpilih Pater Adolfo Nicolas SY (71) sebagai Superior Jenderal Yesuit yang ke-29 setelah Santo Ignasius Loyola. Adolfo mantan provinsial Yesuit provinsi Jepang ini terpilih secara cepat hanya dalam putaran kedua.  Atas terpilihnya Adolfo, sebuah surat kabar nasional Italia, La Reppublica menurunkan judul Il Papa Nero venuto dal Giappone (Paus Hitam datang dari Jepang). Jenderal Yesuit memang sering disebut sebagai Paus Hitam karena kebiasaan memakai jubah berwarna hitam. Sebagaimana Paus, jenderal Yesuit dipilih untuk seumur hidup.

Adolfo Nicolas lahir di Palencia, Spanyol (29/04/36). Masuk novisiat Yesuit di Aranjuez, Spanyol tahun 1953. Adolfo menempuh kuliah teologi di Tokyo, Jepang hingga tahbisan imam. Master teologi ia peroleh dari Universitas Gregoriana, Roma (1968-1971). Ia sempat bertugas di Manila, Filipina sebagai direktur Institut Pastoral (1978-1984). Meski demikian, hampir seluruh hidupnya sebagai imam Yesuit ia lewati di negeri Sakura, Jepang. Adolfo, selain berbahasa Spanyol, menguasai dengan baik bahasa Jepang, Inggris, Perancis dan Italia.

Sebagai orang yang lama bertugas di Asia, Adolfo meyakini bahwa Asia dapat memberi sumbangan bagi perkembangan Gereja. Tahun lalu dalam wawancara dengan majalah Yesuit Australia, The Province Express, Adolfo berkata: “Barat tidak mempunyai monopoli arti dan spiritualitas. Barat dapat belajar banyak dari pengalaman budaya Asia. Asia memiliki banyak yang dapat ditawarkan pada Gereja, Gereja Universal. Namun kita belum melakukannya. Mungkin kita tidak memiliki cukup keberanian atau kita tak mau mengambil resiko yang harus kita tanggung”, ujarnya.

Terpilihnya Adolfo Nicolas oleh banyak kalangan dianggap sebagai pilihan yang tepat. Pater Paolo Molinari SY, mantan Profesor Teologi, menyatakan bahwa terpilihnya Adolfo memberikan harapan yang baik bagi masa depan.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan tertinggi Yesuit, Adolfo Nicolas dibantu oleh 4 orang asisten ad providentiam. Empat asisten khusus ini, yang dipilih pada 18 Februari adalah: P. Lisbert D’Souza (India); P. James Grummer (USA); P. Federico Lombardi (Italia) dan P. Marcos Recolons (Bolivia). P. Marcos Recolons juga terpilih sebagai admonitor. Admonitor adalah penasihat confidential yang bertugas mengingatkan pimpinan tertinggi bila melakukan hal yang kurang pantas atau menunjukkan gejala ketidak-taatan pada Paus.

Hubungan Khusus Dengan Paus.

Serikat Yesus adalah ordo terbesar dalam gereja Katolik dengan anggota 19.216 tersebar di 112 negara. Yesuit dikenal dengan karya yang berkualitas di bidang pendidikan. Ordo ini juga dikenal sebagai penyebar misi yang tangguh. Karya lain yang banyak dilakukan Yesuit adalah di bidang keadilan sosial serta hak-hak azazi manusia.

Ordo yang didirikan oleh Ignasius Loyola (1491-1556) ini sejak awal memiliki kedekatan khusus dengan Paus. Di luar 3 kaul yang biasa diucapkan seorang religius, Yesuit memiliki kaul ke empat, yaitu ketaatan kepada Paus. Tidak mengherankan bahwa Paus pun memberi perhatian istimewa pada ordo besar ini. Dalam surat pribadinya kepada Peter-Hans Konvenbach, jenderal Yesuit yang lama (10/01/08), Paus menyinggung soal hubungan khusus antara Yesuit dengan Paus sebagai pengganti  Petrus. Dalam surat yang sama, Paus juga menggarisbawahi serta meminta agar ordo ini meneguhkan kembali kesetiaannya yang total pada ajaran Gereja.

Dalam audiensi kepada peserta KJ-35 di Vatikan (21/02/08), Paus kembali mengingatkan Yesuit atas komitmennya untuk membela serta mempertahankan doktrin-doktrin Katolik. Secara khusus Paus menyebut doktrin tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus, moralitas seksual, perkawinan dan keluarga. “Tetap setialah pada Magisterium dan hindari menyebar kebingungan dan kekacauan di antara umat”, ujar Paus dalam bahasa Italia.

Sementara itu, Adolfo Nicolas, jenderal Yesuit yang baru dalam sambutannya meyakinkan Paus akan kesetiaan Yesuit terhadap Gereja dan Paus. “….atas kesadaran yang mendalam akan akar kami, juga sesuai dengan semangat tradisi Ignasian, kami mencintai hirarki Gereja dan Bapa Suci sebagai Wakil Kristus”, tegas Adolfo.

Kendati memiliki kedekatan khusus, tidak berarti hubungan antara Paus/Vatikan dengan Yesuit selalu harmonis. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini ada sejumlah tokoh Yesuit yang mendapat peringatan dari Vatikan. Salah satunya adalah John Sobrino SY, teolog ternama dari El Salvador. Pada akhir tahun 2006, John Sobrino mendapat peringatan karena beberapa bukunya dianggap menyimpang dari ajaran resmi Gereja.

Persiapan yang Baik.

Vincent M. Cooke SY peserta KJ-35 dari New York memiliki kesan tersendiri tentang KJ kali ini. Duapuluh lima tahun yang lalu, Vincent juga menghadiri pertemuan serupa. Ia mencatat adanya persamaan dan perbedaan antara KJ tahun ini dan tahun 1983. Persamaannya yang menyolok, dalam kedua KJ tersebut, pemilihan jenderal Yesuit berlangsung cepat. Dalam KJ tahun 1983, Peter-Hans Kolvenbach terpilih langsung dalam putaran pertama sementara Adolfo Nicolas terpilih dalam putaran kedua.

Tentang perbedaan Vincent M. Cooke berkata: “Waktu itu KJ dimulai dengan ketegangan antara Serikat dengan Bapa Suci. Dalam KJ kali ini, Bapa Suci menunjukkan kepercayaan yang besar pada Serikat. Sebaliknya, para peserta KJ juga menunjukkan kegairahannya untuk melayani Gereja yang diembankan kepadanya!”, tutur Vincent.  Perbedaan positif yang dicatat Vincent adalah makin terasanya suasana internasional Serikat Yesus. “Sifat internasional Serikat sangat terasa terutama karena banyaknya Yesuit yang datang dari India, Afrika dan Asia Timur”, jelas imam asal New York ini. Secara khusus Vincent memuji persiapan dalam KJ kali ini. “Dokumen-dokumen tertulis disiapkan dengan lebih baik dan lebih teratur”.

Lepas dari pujian Vincent, KJ kali ini untuk pertama kalinya menggunakan website serta pelbagai sarana multi-media. Dokumen, informasi bahkan foto-foto dapat diakses setiap hari lewat internet.

Saat artikel ini ditulis (25/02/08) Konggregasi Jenderal masih berlangsung. Semoga segala usaha para Yesuit untuk merumuskan jati dirinya, mendorong semangat mereka untuk makin memuliakan Nama Tuhan sebagaimana motto yang mereka pegang Ad Maiorem Dei Gloriam.

Heri Kartono, OSC

(Dimuat di HIDUP 9 Maret 2008. Foto dari Arsip/dok. Yesuit).

Kamis, 08/07/2010 14:00 WIB

Tanda-tanda Orang Berusia Panjang

Vera Farah Bararah – detikHealth

img
(Foto: sheknows)

Jakarta, Setiap orang selalu berharap bisa memiliki usia panjang yangsehat. Apakah Anda memiliki tanda-tanda umur panjang? Lihat 14 tanda berikut yang menunjukkan seseorang bisa berusia panjang.

Seperti dikutip dariPrevention, Kamis (8/7/2010), ada banyak cara yang bisa dilakukan orang agar memiliki tubuh sehat sehingga meningkatkan kesempatan berusia panjang.

Ada 14 tanda orang yang memiliki usia panjang, yaitu:

Usia ibu masih muda saat melahirkan Anda
Jika saat dilahirkan ibu berusia di bawah 25 tahun, maka orang tersebut memiliki kesempatan 2 kali lebih besar berusia panjang dibandingkan dengan orang yang dilahirkan saat ibunya sudah tua.

Menurut ilmuwan dari University of Chicago, sel telur yang dimiliki oleh ibu muda adalah yang terbaik sehingga menghasilkan keturunan yang sehat.

Anda seorang pecinta teh
Baik teh hijau maupun teh hitam mengandung konsentrasi katekin (zat kimia yang membantu membuat pembuluh darah rileks dan melindungi jantung) yang cukup. Tapi pastikan untuk mengonsumsi teh segar, karena daun teh yang ditambahkan air akan menurunkan katekin beberapa hari kemudian.

Sebaiknya hanya menambahkan lemon atau madu pada teh dan bukan susu, karena susu dapat menghilangkan efek protektif tersebut.

Lebih memilih untuk berjalan kaki
Sebuah studi menunjukan orang yang berjalan 30 menit sehari bisa meningkatkan 4 kali kesempatan untuk hidup lebih lama dibandingkan orang yang jarang berjalan, tak peduli berapa banyak lemak ditubuhnya.

Jadi berjalan kaki saat jam makan siang, berputar di lapangan atau bergerak setiap harinya bisa memiliki manfaat lebih.

Menghindari soda bahkan yang versi diet
Ilmuwan di Boston mengungkapkan konsumsi satu atau lebih minuman soda setiap hari bisa meningkatkan dua kali lipat risiko sindrom metabolik, termasuk tekanan darah tinggi, peningkatan insulin, kelebihan lemak di sekitar pinggang serta meningkatkan risiko jantung dan diabetes.

Memiliki kaki yang kuat
Bagian bawah tubuh yang kuat diartikan memiliki keseimbangan yang baik, fleksibilitas dan daya tahan. Sehingga mengurangi risiko patah tulang pinggul dan cedera lainnya yang dapat menurunkan kesehatan.

Robert Butler, MD, dari International Longevity Center, USA menuturkan otot paha yang lemah bisa menjadi salah satu penyebab kelemahan di usia tua.

Mengonsumsi makanan berwarna ungu
Makanan ini mengandung senyawa polifenol yang dapat mengurangi risiko jantung dan Alzheimer. Polifenol ini membantu menjaga pembuluh darah dan arteri tetap fleksibel dan sehat.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan konsumsi 1 cangkir bluberry setiap hari dapat meningkatkan komunikasi antara sel-sel otak.

Memiliki berat badan remaja yang sehat
Sebuah studi dalam Journal of Pediatrics menunjukkan kelebihan berat badan di usia 14 tahun dapat meningkatkan risiko diabetes di usia dewasa, hal ini tentu saja meningkatkan risiko komplikasi dari diabetes seperti penyakit jantung.

Tidak suka burger
Mengonsumsi daging sapi atau domba memang bukan masalah besar, tapi jika konsumsi lebih dari 500 gram daging merah per minggunya berisiko besar terkena kanker usus besar. Selain itu konsumsi daging merah yang dipanggang, dibakar atau dimasak pada suhu tinggi bisa meningkatkan kandungan senyawa karsinogen.

Memiliki tingkat pendidikan tinggi
Sebuah studi dari Harvard Medical School menemukan bahwa orang yang lebih dari 12 tahun menikmati pendidikan formal bisa hidup 18 bulan lebih lama dibandingkan dengan orang yang lebih sedikit bersekolah. Hal ini diperkirakan orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung sedikit mengonsumsi rokok.

Sangat menikmati memiliki teman
Hubungan interpersonal yang baik bisa bertindak sebagai pencegah terhadap stres. Memiliki orang-orang yang mendukung, bisa membuat seseorang tetap sehat baik secara mental maupun fisik. Karena stres yang kronik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan usia sel yang lebih pendek, sehingga memperpendek usia 4-8 tahun.

Memiliki teman-teman yang sehat
Studi dari New England of Journal of Medicine menunjukkan jika teman terdekat memiliki berat badan berlebih, hal ini meningkatkan kesempatan sebesar 57 persen pada seseorang untuk berada di kondisi yang sama. Karena itu penting untuk bergaul dengan orang-orang yang memiliki tujuan hidup sama dalam hal kesehatan.

Tidak takut tantangan baru
Orang yang disiplin terhadap diri sendiri serta bisa berorganisasi dengan baik, memiliki risiko lebih rendah terkena Alzheimer dibandingkan orang yang kurang hati-hati. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki fokus perhatian akan menggunakan kekuatan otaknya. Karena itu cobalah untuk merangsang otak dengan melakukan hal-hal yang baru, serta mengulangi hal-hal yang sudah dipelajarinya.

Tidak memiliki pembantu di rumah
Jika seseorang melakukan pekerjaan rumah seperti menyedot debu, mengepel dan mencuci, maka rata-rata orang sudah membakar sekitar 285 kalori. Hal ini akan menurunkan risiko kematian sebesar 30 persen.

Seseorang yang berkembang
Seseorang yang berkembang cenderung memiliki pandangan yang positif tentang kehidupan, memiliki tujuan dan rasa sosialisasi. Hal ini membuatnya memiliki makna dalam hidupnya.

Orang-orang yang memiliki usia panjang cenderung memandang kerja keras adalah penting, tapi tetap menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga, meningkatkan spiritualitas dan melakukan hal bersama orang lain.

(ver/ir)

6 ALASAN HARUS CUKUP MINUM AIR PUTIHwl.9-MAR09gb1

Kebiasaan membawa botol air minum dalam perjalanan atau saat pergi ke mana pun mungkin belum menjadi  tren di masyarakat. Bila haus di tengah jalan, kebanyakan dari kita lebih suka membeli sebotol minuman ringan beraroma teh atau soda atau pun air mineral.

Kebutuhan tubuh akan cairan memang tak bisa dibantah. Cairan penting dalam memelihara keseimbangan serta proses metabolisme tubuh.  Bila asupan cairan ke dalam tubuh tak seimbang dengan pengeluaran, maka dipastikan Anda akan mengalami gangguan ataupun dehidrasi.

Dalam memenuhi kebutuhan cairan, sebaiknya pilihlah minuman yang baik dan tak menimbulkan risiko bagi kesehatan. Salah satu yang terbaik tentunya adalah air putih, meski faktanya cairan ini kalah populer ketimbang minuman beraroma dan beraneka rasa yang beredar di pasaran.

Nah, supaya Anda tidak meremehkan khasiat air putih, berikut adalah enam  fakta ilmiah betapa kebiasaan minum cukup air putih setiap hari penting bagi tubuh:

1. Mempertahankan keseimbangan  cairan tubuh.

Fakta medis menunjukkan tubuh manusia 60% terdiri dari cairan.  Fungsi-fungsi cairan ini adalah untuk proses pencernaan, penyerapan, sirkulasi, produksi air ludah, transportasi nutrisi dan mempertahankan suhu tubuh.

2.  Membantu mengendalikan kalori.

Sejak lama, orang yang sedang menjalani program diet melakukan kebiasaan banyak minum air putih sebagai strategi menurunkan berat badan.  Meskipun air tidak menghasilkan efek magis, menggunakannya sebagai pengganti minuman berkalori tinggi tentu saja akan sangat membantu.wl.9-MAR09gb2

“Program  diet  akan  berhasil  jika  Anda  memilih  air atau minuman non kalori sebagai pengganti minuman yang kalori.  Lalu diet dengan makanan yang kaya cairan yang lebih menyehatkan, berisi dan membantu Anda memangkas kalori,” ungkap peneliti dari University State of Pennsylvania  Barbara Rolls, PhD, penulis buku The Volumetrics Weight Control Plan.

3. Membantu membangkitkan otot.

Sel-sel yang tidak mampu mempertahankan keseimbangan akan cairan dan elektrolit, akan berakibat pada kelelahan otot.  Ketika sel-sel otot tidak memiliki cairan yang cukup, mereka tidak akan berfungsi dengan baik dan kemampuannya berkurang.

Minum air saat berolahraga juga sangat penting.  American College of Sports Medicine merekomendasikan bahwa dua jam sebelum berolahraga sebaiknya seseorang meminum 17 ons cairan.

4.  Membuat kulit tetap bercahaya.

Kulit Anda sebenarnya mengandung banyak air dan berfungsi sebagai benteng dalam mencegah ekses hilangnya cairan tubuh.  Namun begitu, jangan harap bahwa kelebihan cairan dapat dijadikan sebagai cara ampuh menghilangkan kerutan dari garis pada kulit.

5.  Memelihara fungsi ginjal.

Cairan tubuh merupakan media yang juga mentransportasikan sisa atau limbah untuk keluar dan masuk ke  dalam sel.  Racun utama dalam tubuh adalah nitrogen urea darah,  sejenis cairan yang dapat melewati ginjal untuk kemudian diproses dan disekresikan dalam bentuk urin.

Ketika tubuh memiliki cukup cairan, urin akan mengalir bebas, jernih dan bebas bau.  Ketika tubuh tidak punya cukup cairan, konsentrasi urin, warna dan bau akan lebih kentara karena ginjal harus menyerap cairan ekstra untuk menjalankan fungsinya.  Tak heran bila Anda minum sedikit air, risiko Anda mengalami batu ginjal akan meningkat terutama pada iklim hangat atau panas.

6. Mempertahankan fungsi normal usus.

Asupan cairan yang cukup akan membuat makanan yang melewati saluran cerna dapat mengalir lancar dan mencegah terjadinya konstipasi.  Ketika Anda tidak punya cukup cairan, usus akan menyerap cairan dari feses atau tinja untuk tetap menjaga hidrasi.  Alhasil, tentu saja buang air besar Anda akan bermasalah.

Sumber : kompas.com

 

TRAKTAT: ASURANSI

Anda bingung menentukan asuransi mana yang ingin dibeli? Kami ingin menawarkan sebuah perusahaan asuransi yang pasti tidak mengecewakan. Berikut ini fiturnya:

PERUSAHAAN ASURANSI INI MENJAMIN:

Kehidupan

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.            (Yohanes 3:16)

Kesehatan

Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu (Mazmur 103:3)

Pakaian

Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!   (Lukas 12:28)

Kebutuhan Sehari-hari

Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19)

Kenyamanan

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. (Yohanes 14:1)

Persahabatan

Dan ketahuilah “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.  (Matius 28:20)

Kedamaian

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yohanes 14:27)

Rumah yang abadi

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.  (Yohanes 14:2)

ALASAN-ALASAN UNTUK IKUT ASURANSI INI:

1.     Adalah perusahaan asuransi paling tua di dunia.

2.    Satu-satunya perusahaan asuransi yang mengasuransikan berbagai kehilangan dalam api zaman akhir.

3.    Satu-satunya perusahaan asuransi yang mencakup area kekekalan.

4.    Kebijakannya tidak pernah berubah.

5.    Manajemennya tidak pernah berganti.

6.    Aset perusahaan terlalu banyak untuk dihitung.

7.    Satu-satunya perusahaan asuransi yang membayarkan premi anda.

PREMI

Roma 5:8

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,

oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Efesus 2:8

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;

itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah

I Korintus 6:20

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:

Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

PROSEDUR APLIKASI

Kisah Para Rasul 5:8

Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.

Kisah Para Rasul 16:31

Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat!

Semua premi untuk aplikasi ini telah dibayar oleh YESUS.

Sumber : anonym — dikirim oleh Romo Chris Purba, SJ

Ada 10 racun iman dalam diri kita yang jelas akan muncul dalam perilaku sikap-mental kita dalam hidup sehari-hari. Apabila racun ini tidak segera dinetralisir, maka hidup kita bisa jatuh.

1.   Racun pertama: Menghindar

Gejala: lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.

Antibodinya: Realitas

Cara: Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

2.   Racun kedua: Ketakutan

Gejala: tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan ke-uangan, konflik perkumpulan, kesulitan seksual.

Antibodinya: Keberanian

Cara: Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi.  Keberanian  adalah  pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Keberanian merupakan proses re-edukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

3.    Racun ketiga: Egoistis

Gejala: Nyinyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.

Antibodinya: Bersikap sosial.

Cara: Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

4.    Racun keempat: Stagnasi

Gejala: Berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan dan tidak bahagia.

Antibodinya: Ambisi

Cara: Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi dimasa depan kita. Kita akan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

5.    Racun kelima: Rasa rendah diriwl.9-MAR09gb3

Gejala: Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.

Antibodinya: Keyakinan diri

Cara: Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

6.    Racun keenam: Narsistik

Gejala: Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.

Antibodinya : Rendah hati

Cara: Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

7.    Racun ketujuh: Mengasihani diri

Gejala: Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri,

merasa menjadi orang termalang didunia.

Antibodinya : Sublimasi

Cara: Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

8.    Racun kedelapan: Sikap bermalas-malasan

Gejala: Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.

Antibodinya: Kerja

Cara: Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

9.    Racun kesembilan: Sikap tidak toleran

Gejala: Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.

Antibodinya: Kontrol diri

Cara: Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri.  Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

10.  Racun kesepuluh: Kebencian

Gejala: Keinginan balas dendam, kejam, bengis.

Antibodinya: Cinta kasih

Cara: Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidak-bahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Sumber : Handoko


Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting. Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia. Jadi aku menjawab, “Telinga, Bu.” Tapi ternyata itu bukan jawabannya.

“Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi teruslah memikirkannya dan Ibu akan menanyakannya lagi nanti.”

Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab sebelum Ibu bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya, “Bu, penglihatan kita sangat penting bagi semua orang. Jadi pastilah mata kita.”

Dia memandangku dan berkata, “Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta.”

Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, “Bukan. Tapi kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku.”

Akhirnya tahun lalu kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.

Dia bertanya padaku, “Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?”

Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku.

Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, “Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar ‘hidup’. Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu kepada Ibu dulu, Ibu selalu berkata kamu salah dan Ibu telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari dimana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting.”

Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air mata. Dia berkata, “Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu.”wl.9-MAR09pg4

Aku bertanya, “Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?”

Ibu membalas, “Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Ibu cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapanpun kamu membutuhkannya.”

Akhirnya aku tahu, bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, tapi memiliki simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain. Orang akan melupakan apa yang kamu katakan. Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan. Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.

Sumber : jawaban.com

*KETIKA YESUS MENGETUK PINTU*

*
*
Di Oxford, Inggris ada sebuah kapel, yang di depan
altarnya tergantung sebuah lukisan yang sangat terkenal
di dunia. The Light of the World karya Holman Hunt.
Banyak orang telah melihat lukisan ini, namun sangat
sedikit yang mempelajari arti dari lukisan ini.

Lukisan ini menggambarkan Yesus dalam kepenuhanNya
sedang memegang lentera di tanganNya berdiri di depan
pintu tanpa palang di luar, jalan menuju tempat itu
dipenuhi rumput-rumput liar. Inspirasi dari lukisan itu
berasal dari Wahyu 3:20: “Lihat, Aku berdiri di muka
pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama
dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”

Sewaktu Yesus mengetuk pintu, ekspresi wajah-Nya
sangat berkesan, Ia tahu siapa yang ada di balik pintu
tersebut. Yesus sangat berharap untuk masuk.

Lentera melambangkan hati nurani; wajah lembut Tuhan
memancarkan cahaya yang sulit dijelaskan.
Ada kecermelangan yang tampaknya muncul dari
kepribadian-Nya. Hati nurani adalah titik hubungan;
kehadiranNya adalah Cahaya yang berdiam yang
menyingkapkan apa itu baik dan jahat.

Tuhan tahu apa yang menjadi pergumulan kita, dan ia
rindu untuk menolong kita, itu sebabnya Yesus mengetuk
pintu hati kita. Ia tahu kelemahan kita, dan apa yang
menjadi masalah terbesar dalam hidup kita, itu sebabnya
ia datang untuk memberikan kekuatan supaya kita
menjadi penakluk dan pemenang atas permasalahan dan
pergumulan kita.

Pertanyaan saat ini, seperti yang tergambar dalam
lukisan tersebut. Pintu itu hanya bisa dibuka dari dalam.
Yesus bukanlah tipe orang yang mendobrak pintu rumah
orang lain. Dia mengetuk dengan sopan dan lembut.
Kini, bersediakah Anda membukakan pintu bagiNya,
agar Ia masuk dan menerangi hidup Anda dengan
kemuliaanNya? Keputusannya ada di tangan Anda.

Dari Warta Santo Matius Bintaro

*ALASAN DI BALIK KEGAGALAN*

Bila Anda mencari alasan utk sebuah
kegagalan, Anda bisa temukan berjuta alasan
dengan mudahnya.
Namun sebuah alasan tetaplah alasan.
Alasan tidak akan mengubah kegagalan
menjadi keberhasilan.
Kerapkali, alasan sama dengan pengingkaran.
Semakin banyak Anda menumpuk alasan
semakin besar pengingkaran yang Anda
lakukan pada diri Anda sendiri.
Hal ini justru akan menjauhkan Anda dari
keberhasilan, sekaligus melemahkan kekuatan diri Anda sendiri.
Berhentilah mencari sebuah alasan untuk
menutupi kegagalan.
Mulailah bertindak untuk meraih keberhasilan.

Belajarlah dari penambang yang tekun mencari emas.
Ditimbanya berliter-liter tanah keruh dari sungai.
Disaringnya lumpur dari pasir.
Dipisahkannya pasir dari logam.
Tak jemu ia lakukan hal itu hingga tampaklah
butiran emas berkilauan.

Begitulah semestinya Anda memperlakukan kegagalan.
Kegagalan itu seperti pasir keruh yang
menyembunyikan emas.
Bila Anda terus berusaha, tekun mencari
perbaikan di sela-sela kerumitan, serta berani
menyingkirkan alasan-alasan, maka Anda
menemukan cahaya kesempatan.
Bila Anda hanya mencari alasan, sama saja
halnya dengan membuang pasir dan semua
emas yang ada di dalamnya.

Diambil dari Warta Santo Matius Bintaro

I. PENGANTAR UMUM LITURGI

1. MENGHAYATI LITURGI
Setiap orang beriman dituntut mengungkapkan dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengungkapan iman menunjukkan identitas lahiriah seseorang dan menyatakan secara nyata relasinya dengan yang ilahi. Liturgi merupakan ungkapan resmi iman seseorang. Resmi menekankan aspek kewajiban dan aspek formalitas (bentuk, pelayan dan doa-doanya). Iman kelihatan dari cara hidup.
Perwujudan iman menunjukkan kwalitas iman yang dinyatakan dalam menjalani hidup baik secara personal maupun relasional. Personal menunjuk pada aspek tanggung jawab dan relasional menunjuk pada aspek tingkat kwalitas relasi dengan sesama. Iman mempengaruhi dan mendasari perbuatan.
Pengungkapan dan perwujudan sama pentingnya dan tidak boleh menekankan salah satu aspek saja. Pengungkapan mendapat dasarnya dalam perwujudan. Perwujudan mendapat inspirasinya dari pengungkapan.
Berliturgi bukan soal wajib dan tidak, boleh dan tidak, melainkan soal konsekuensi dari jati dirinya sebagai orang beriman. Liturgi menyatakan jati diri sebagai orang beriman. Maka tidak mungkin beriman tanpa berliturgi.
Liturgi bagaikan charger untuk iman. Karena liturgi, iman terus diteguhkan, dikuatkan, dibaharui dan akhirnya terus hidup dan mempengaruhi seluruh kehidupan.
Keprihatinan besar saat ini adalah umat kurang menempatkan ekaristi sebagai bagian penting dari hidupnya, terutama dari imannya. Liturgi lebih dilihat sebagai bagian dari aktivitas umat beriman, yang dijalankan menurut situasi dan kondisi dirinya. Juga liturgi lebih dilihat sebagai kewajiban, yang cenderung sudah puas kalau sudah mengikutinya. Lebih parah lagi ada gejala pelunturan praktek sembah sujud terhadap keluhuran liturgi.
Paus Yohanes Paulus II melalui ensiklik Ecclesia de Eucharistia mengajak untuk menyalakan kembali pesona Ekaristi sehingga ekaristi dengan seluruh misterinya bersinar dalam setiap insan.

2. MEMAHAMI LITURGI

Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing kearah keikut-sertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaan Liturgi. Keikut-sertaan seperti itu dituntut oleh Liturgi sendiri, dan berdasarkan Babtis merupakan hak serta kewajiban umat kristiani sebagai “bangsa terpilih, imamat rajawai, bangsa yang kudus, Umat kepunyaan Allah sendiri” (1Ptr 2:9; Lih. 2:4-5).
Sacrosanctum Concilium 14

2.1. Pengertian Liturgi
Berliturgi secara sadar dan aktif menegaskan aspek PEMAHAMAN (akal budi) dan KETERLIBATAN (hati) semua umat beriman. Pemahaman menegaskan sisi pengetahuan, dimana semua umat beriman bisa memahami liturgi yang mereka rayakan. Sedangkan keterlibatan menunjuk soal hati, yaitu hati yang terlibat secara penuh dalam liturgi. Berdasarkan SC 2, 7, 10, Liturgi disebut sebagai perayaan misteri keselamatan Allah (penebusan dan pengudusan oleh Allah dan pemuliaan oleh manusia) yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.
Dilihat dari sisi pelaksananya, liturgi dapat disebut sebagai perayaan Tuhan dan perayaan iman. Disebut perayaan Tuhan karena dalam liturgi, Allah yang berinisiatif menjumpai manusia. Allah yang mencari dan mengundang; bukan manusia yang mencari Allah. Maksud Allah mengundang manusia untuk berpartisipasi dan berperan serta dalam hidupNya. Dan disebut perayaan iman, karena dalam liturgi manusia terlibat dengan menanggapi undangan Tuhan untuk terlibat dalam perjamuanNya.
Karena itu, dari peristiwanya, liturgi menjadi medan sebuah perjumpaan, yaitu perjumpaan antara Allah dan manusia. Perjumpaan itu membawa anugerah keselamatan bagi manusia. Anugerah ini mengalir pada setiap orang yang merayakan dan yang didoakannya, lepas dari disposisi batin orang yang bersangkutan, sebab sakramen bekerja dengan ex opere operato. Disposisi batin lebih menunjuk pada sisi kepantasan dan kelayakan orang saat mengambil bagian dalam perayaan.

2.2. Pembentuk Liturgi
a. Dialogis
Liturgi adalah peristiwa perjumpaan dan komunikasi antara penyelenggara dan undangan, antara Allah dan manusia. Perjumpaan/komunikasi itu terjadi secara dialogis dan berlangsung melalui Yesus dalam Roh Kudus. Allah dalam Yesus Kristus memanggil, mengumpulkan untuk memuliakan Allah (katabatis). Tindakan ini mendatangkan pengudusan dan penyelamatan bagi manusia. Manusia menanggapi dan menjawab (anabatis). Tindakan ini menyatakan bentuk pemuliaan, penyembahan, sembah bakti dan pujian untuk Allah
b. Simbolis
Perjumpaan Allah dan manusia bukanlah ilusi, atau omong kosong tetapi terjadi dalam bentuk simbolis. Simbol selalu menandakan realitas di baliknya, yaitu realitas kehadiran Yesus yang menyelamatkan. Struktur simbolis liturgi terwujud dalam aneka unsur liturgi (alat, pakaian, warna, pelayan)
c. Anamnesis
Perayaan Liturgi mempunyai ciri anamnesis (kenangan, bukan sekedar ingatan/peringatan). Kenangan lebih menyatakan tindakan menghadirkan, yaitu menghadirkan karya penyelamatan Allah di masa lampau. Penghadiran ini obyektif, real dan nyata karena: tindakan Allah yang selalu berlaku, iman jemaat dan Roh Kudus yang menghubungkan peristiwa lama dan yang baru.
d. Epiklesis
Epiklesis dalam liturgi berarti seruan dan permohonan agar Allah berkenan mengutus Roh Kudus guna menguduskan sesuatu (air, roti, anggur) atau pribadi tertentu. Dimensi epiklesis membuat liturgi bukan suatu upacara magis tapi sungguh pengudusan dari Allah sendiri. Pengudusan itu dilaksanakan oleh Roh Kudus

2.3. Ungkapan liturgi
a. Tindakan manusiawi
Kegiatan indrawi: mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan dan membau
Gerakan dan Bahasa Badan: berjalan, berdiri, duduk, berlutut, membungkuk, meniarap, tangan (terkatup, terangkat, terentang), penumpangan, tanda salib, berkat, menepuk dada, jabatan tangan, membasuh tangan
b. Musik
Musik Liturgi menjadi salah satu bentuk ungkapan liturgi
Mengungkapkan peran serta umat yang aktif, untuk membangkitkan suasana bagi tumbuhnya daya tangkap dan daya tanggap jiwa terhadap sabda dan karunia Allah dalam liturgi. Memperjelas misteri Kristus, membantu kesadaran kebersamaan dan memberikan kemeriahan dan keagungan bagi liturgi.
c. Alat-alat Liturgi
– Unsur-unsur alam: roti, anggur, air, minyak, api, dupa-ratus dan bahan wangian, garam dan abu
– Alat-alat liturgi buatan:
Alat sengaja dibuat untuk melayani perayaan misteri Tuhan
d. Pakaian dan warna Liturgi
– Fungsi Pakaian: untuk menampilkan dan mengungkapkan aneka fungsi dan tugas pelayanan; menonjolkan sifat meriah liturgi; melambangkan kehadiran Kristus.
– Warna Liturgi: untuk mengungkapkan sifat dasar misteri iman yang dirayakan; menegaskan perjalanan hidup kristiani sepanjang tahun

2.4. Buah Liturgi
a. Suka Cita Sejati:
Karena mendapat pengampunan, peneguhan, pengharapan, penebusan, kesembuhan, kekuatan, penghiburan, pembebasan, kedamaian, dan karunia lainnya.
b. Communio
– Tercipta communio manusia dengan Allah
– Tercipta communio manusia dengan sesamanya
– Tercipta communio manusia dengan lingkungan hidupnya.
c. Mencicipi kehidupan sorgawi
Manusia boleh memandang dan mencicipi kehidupan sorgawi yang dipuaskan dengan roti surgawi

2.5. Perutusan
a. Hidup Baru sesuai dengan buah yang dinikmati dalam perayaan (sukacita, communio, hayati hidup sorgawi)
b. Menghadirkan Kristus, dengan menghayati dan melaksanakan sabda Allah
c. Menjadi penyalur berkat Tuhan

3. MELIBATKAN DALAM LITURGI
Liturgi adalah perayaan seluruh umat. Sebagai konsekuensinya umat dituntut partisipasinya dalam seluruh perayaan liturgi. Umat bukan penonton yang hanya datang, duduk dan menikmati tetapi pelaksana. Pius XII dalam ensiklik Mediator Dei (1947) merinci partisipasi dalam tiga hal:
a) partisipasi batin atau penghayatan pribadi,
b) partisipasi lahir, yaitu turut bernyanyi, berdoa, atau bersikap tertentu
c) partisipasi sakramental (komuni).
Guna memudahkan partisipasi seluruh umat, perlu diperhatikan:
a. Liturgi hendaknya dijiwai semangat sederhana, tidak aneh-aneh atau berbelit-belit. Konsili Vatikan II menandaskan agar upacara-upacara bersifat sederhana, namun luhur, singkat, tanpa pengulangan-pengulangan yang tidak ada gunanya. Liturgi disesuaikan dengan daya tangkap umat beriman.
b. Liturgi hendaknya memiliki semangat adaptif, memberi peluang untuk penyesuaikan, bahkan harus disesuaikan. Dalam hal menyangkut iman atau kesejahteraan segenap jemaat, Gereja tidak ingin mengharuskan keseragaman yang kaku. Intinya liturgi tetap memiliki semangat dasar yaitu liturgi terlaksana secara baik dan benar, membawa buah nyata bagi kehidupan umat da membantu umat untuk memuliakan Allah dan menguduskan diri.

II. PEDOMAN PELAKSANAAN PERAYAAN EKARISTI

A. RITUS PEMBUKA
1. Unsur
• Perarakan masuk: para petugas liturgi masuk diiringi nyanyian pembuka. Tujuan nyanyian adalah untuk membuka misa, membina kesatuan umat, mengantar masuk ke misteri masa liturgi dan mengiringi perarakan.
• Penghormatan altar dan salam oleh imam. Salam di satu sisi mengungkapkan kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat dan di sisi lain memperlihatkan tanggapan umat yang berkumpul
• Ordinarium: Tuhan kasihanilah kami, didaraskan atau dinyanyikan untuk mengungkapkan seruan kepada Tuhan dan memohon belas kasihanNya. kemuliaan: menjadi madah umat untuk memuji Allah Bapa dan Anak Domba Allah serta memohon belas kasihanNya. Kemuliaan dilagukan/diucapkan pada hari raya, perayaan meriah dan hari minggu (kecuali adven dan prapaskah)
• Doa pembuka: Sebelum doa diucapkan ada saat hening untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing. Lalu imam membuka doa yang mengandung inti perayaan liturgi yang dirayakan dan menutup dengan rumusan trinitaris. Doa pembuka disebut doa collecta dan presidensial. Doa collecta berarti kumpulan dari doa-doa yang diungkapkan oleh umat pada saat hening yang kemudian diteruskan oleh imam. Karena hanya imam yang mendoakan doa pembuka itu, maka doa pembuka juga disebut doa presidensial, yaitu doa resmi dan publik yang dibawakan oleh pemimpin atas nama seluruh umat. Dalam doa ini, umat tidak diikutsertakan untuk mengucapkannya. Umat hanya menjawab “amin” setelah imam mengakhiri doanya dengan doa trinitaris, yaitu doa yang diarahkan kepada Allah Bapa, dengan pengantaraan Putra dalam Roh Kudus.

2. Tujuan:
• Menjadi pembuka, pengantar dan persiapan
• Mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka supaya mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak

3. Tata Gerak
• Berdiri: saat arak-arakan sampai salam; kemuliaan sampai doa pembuka.
• Duduk/berlutut: saat pengantar sampai Tuhan kasihanilah kami

B. LITURGI SABDA
1. Unsur:
• Bacaan I: Dari Kitab suci dan dibacakan oleh seorang lektor dengan suara lantang, dengan ucapan jelas, pembawaan pantas dan penghayatan yang mendalam. Lektor tidak perlu membaca “BACAAN PERTAMA”!
• Masmur tanggapan: dipilih sesuai dengan bacaan yang bersangkutan. dianjurkan untuk dilagukan, terutama bagian refren. Fungsi mazmur untuk menopang permenungan atas sabda Allah
• Bacaan II: Dari Kitab suci dan dibacaan oleh seorang lektor seperti bacaan I. Kalau ada alasan yang berat, bacaan II bisa ditiadakan.
• Bait Pengantar Injil: Bait Pengantar Injil wajib dinyanyikan, bila tidak dinyanyikan, lebih baik dihilangkan. Tujuan Bait Pengantar Injil adalah untuk menyambut dan menyapa Tuhan yang siap bersabda dalam Injil dan sekaligus menyatakan iman umat.
• Homili: Yang memberikan adalah imam, pemimpin perayaan (tidak pernah oleh awam). Hari minggu dan pesta, wajib ada homili. Tujuan dari homili adalah untuk memupuk semangat hidup kristen dengan menjelaskan bacaan-bacaan atau teks lain yang berhubungan dengan misteri yang dirayakan.
• Pernyataan Iman: Mendoakan atau melagukan syahadat. Tujuannya agar seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi sabda Allah yang dimaklumkan dan dijelaskan dalam homili.
• Doa Umat: Doa Umat oleh lektor/petugas untuk menyatakan permohonan atas keselamatan dan permohonan untuk mengamalkan tugas imamat yang mereka terima melalui baptis. Umumnya doa itu berisi doa untuk keperluan Gereja, penguasa negara dan keselamatan seluruh dunia, untuk orang yang menderita dan untuk umat setempat atau kepentingannya sesuai dengan misteri yang dirayakan. Imam membuka dan menutup. Tujuan doa umat adalah sebagai tanggapan umat atas sabda Allah yang mereka terima dengan penuh iman.

2. Tujuan:
• Tujuan: Untuk menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani melalui sabda yang diwartakan.
• Lewat liturgi ini, umat merasakan kehadiran Tuhan, meresapkan dalam keheningan dan nyanyian dan mengimani dalam syahadat serta mengungkapkan pengharapannya dalam doa umat.

3. Tata Gerak:
• Duduk: saat mendengarkan bacaan I, II, menanggapi sabda melalui nyanyian masmur dan mendengarkan homili.
• Berdiri: Umat berdiri saat Menyanyikan Bait Pengantar Injil, mendengarkan Injil dan mendoakan syahadat dan doa umat.

C. LITURGI EKARISTI
1. Unsur
• Persiapan Persembahan: kolekte dan bahan persembahan yaitu roti dan anggur dibawa ke altar. Perarakan persembahan diiringi dengan nyanyian persiapan persembahan sampai semua bahan tertata di atas altar. Dilanjutkan pendupaan terhadap roti dan anggur, salib dan altar. Pendupaan melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik kehadirat Tuhan. Imam dan umat juga didupai untuk menegaskan martabat luhur mereka.
• Doa Persiapan Persembahan: Imam mengundang umat untuk berdoa dan diakhiri dengan doa persiapan persembahan yang bersifat presidensial.
• Doa Syukur Agung:
• Makna: DSA merupakan pusat dan puncak seluruh perayaan Ekaristi, yang berisi doa syukur dan pengudusan. Dalam doa ini seluruh umat menggabungkan diri dengan kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan dalam mempersembahkan korban.
• Ucapan syukur: dalam Prefasi, atas nama seluruh umat, imam memuji Allah bapa dan bersyukur kepadaNya atas seluruh karya penyelamatan atau atas semua alasan tertentu
• Aklamasi: Umat bersama imam melagukan kudus
• Epiklesis: Gereja memohon kuasa Roh Kudus dan berdoa supaya bahan persembahan menjadi tubuh dan darah Kristus; juga supaya korban itu menjadi sumber keselamatan yang menyambutnya.
• Kisah Insitusi dan konsekrasi: Mengulangi kata-kata dan tindakan yesus dalam perjamuan terakhir, dimana Ia mempersembahkan tubuh dan darahNya untuk dimakan dan diminum
• Anamnesis: Gereja mengenangkan Kristus, terutama sengsaraNya yang menyelematkan, kebangkitanNya yang mulia dan kenaikanNya ke sorga
• Persembahan: Gereja mempersembahkan korban yang murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus sebagai tanda nyata persembahan diri sendiri.
• Permohonan: Ekaristi dirayakan dalam persekutuan Gereja (surga dan bumi) untuk kesejahteraan seluruh Gereja dan anggota-anggotanya (hidup maupun meninggal)
• Doksologi Penutup: diungkapkan pujian kepada Allah dan dikukuhkan dengan aklamasi meriah Amin.
• Bapa kami: imam bersama umat berdoa Bapa Kami mohon rejeki, pengampunan dosa dan dibebaskan dari segala kejahatan.
• Doa dan salam Damai: memohon damai dan kesatuan Gereja dan seluruh umat manusia, sebelum akhirnya kesatuan itu disempurnakan dengan Tubuh Kristus. Diungkapkan dengan saling memberi salaman dengan orang terdekat
• Pemecahan roti: imam memecahkan roti sebagai simbol umat yang banyak menjadi satu karena menyambut satu roti yaitu Kristus sendiri. Pemecahan roti ini diiringi dengan nyanyian/darasan anak domba
• Komuni: umat ambil bagian dalam komuni sebagai tanda keikutsertaan umat dalam korban Kristus yang dirayakan. Sementara itu dinyanyikan nyanyian komuni agar umat secara batin bersatu dalam komuni, secara lahir bersatu dalam nyanyian; untuk menunjukkan kegembiraan hati dan menggaris bawahi perarakan komuni.
• Doa Sesudah Komuni: Imam berdoa presidensial untuk menyempurnakan permohonan umat sekaligus untuk menutup seluruh ritus komuni sambil mohon agar misteri yang telah dirayakan menghasilkan buah

2. Tujuan
• Menghadirkan korban salib dalam Gereja untuk menyatakan karya penyelamatan dan penebusan

3. Tata Gerak:
• Berdiri: saat prefasi sampai kudus; Bapa kami, salam damai
• Duduk: pemecahan roti, sesudah komuni, doa sesudah komuni
• Duduk/berlutut/berdiri: Doa Syukur Agung, pemecahan roti

D. RITUS PENUTUP
1. Unsur
• Pengumuman: mengumumkan hal yang berhubungan dengan kepentingan jemaat seluruhnya, terutama pengumuman perkawinan
• Salam dan Berkat Imam: Imam memberkati dengan berkat biasa atau meriah
• Pengutusan: Umat diutus untuk menjadi pewarta kabar gembira
• Penghormatan altar: mencium altar dan meninggalkan altar
• Perarakan ke sakristi: bersama seluruh petugas liturgi, imam kembali ke sakristi, dengan diiringi lagu penutup

2. Tujuan:
• Bagian ini menutup seluruh rangkaian perayaan ekaristi dan sekaligus membuka tugas perutusan untuk mewartakan kabar gembira.

3. Tata Gerak
• Duduk: mendengarkan pengumuman
• Berdiri/berlutut: menerima berkat, pengutusan dan berdiri saat prosesi perarakan petugas liturgi ke sakristi

III. TIM LITURGI PAROKI

A. Arti
Persekutuan orang-orang sebagai team work yang dipimpin dengan seorang koordinator yang bekerja bersama-sama mempersiapkan, menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan liturgi (paroki). Tim Liturgi ini bertanggung jawab atas kehidupan liturgi baik liturgi rutin (harian, mingguan, tahunan) maupun khusus (HUT, perayaan khusus lainnya).

B. Personalia

1. Tim updating liturgi. Pastor paroki, ketua bidang liturgi paroki dan stasi, beberapa koordinator tim liturgi (mis: koor/musik, teks misa) dan orang-orang tertunjuk. Tim updating jangan terlalu banyak (ex. 5 orang)
2. Tim Pelaksana. Koord. tim-tim liturgi (prodiakon, misdinar, lektor, koor, musik, pemasmur, dsb)
3. Tim Sarana Peribadatan. Tim paramenta, sound system Gereja dan koster

C. Tugas dan tanggungjawab

1. Bertanggung jawab mengurusi bidang liturgi paroki
2. Bertanggung jawab mendampingi tim liturgi wilayah/lingkungan
3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan liturgi paroki (harian, mingguan, khusus)
4. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan partisipasi umat dalam liturgi
5. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengadaan sarana peribadatan
6. Meningkatkan dan mengembangkan mutu perayaan liturgi dengan memperhatikan unsur-unsur inovasi (yang menyegarkan kehidupan liturgi), kreativitas (tidak monoton dan membosankan), inkulturasi (memperhatikan kekayaan tradisi setempat) dan konteks (sesuai dengan jaman dan keadaan).
7. Membuat arsip dan inventaris segala hal berkaitan dengan liturgi.

D. Mekanisme Kerja

1. Melibatkan semua pihak dalam suasana dialogis dan memberi ruang untuk berinisiatif.
2. Tim Up Dating/Litbang rapat sekurang-kurangnya sebulan sekali: perencanaan, pengembangan dan evaluasi
3. Bekerja atas dasar prinsip-prinsip teologis (atas dasar iman yang benar dan mengusahakan terciptanya communio umat Allah), liturgis (memperhatikan aturan-aturan liturgi yang berlaku universal) dan pastoral (memperhatikan situasi umat dan lingkungan).
4. Mengkomunikasikan segala rencana kegiatan liturgi kepada umat dan sekaligus mendengarkan sumbang saran dari umat.
5. Berkoordinasi dengan semua tim sesuai dengan kepentingannya.
6. Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali rapat dengan para koordinator tim liturgi. Sebulan sekali rapat dalam satu tim kerja untuk mempersiapkan program kerja atau mengevaluasi program yang sudah terlaksana.

E. Mempersiapkan LITURGI EKARISTI

1. Tema
Merencanakan tema sesuai sesuai dengan bacaan, konteks dan intensi
2. Struktur
Menyusun liturgi dengan urutan yang tepat dan modifikasi yang sesuai dengan pedoman liturgi.
3. Menyusun doa:
– Doa selalu diarahkan kepada Bapa, melalui Yesus dan dalam Roh Kudus
– Doa pembuka: presidensial (doa yang disampaikan oleh imam kepada Allah atas nama seluruh umat dan semua yang hadir dan melalui dia, Kristus hadir mempimpin himpunan umat), trinitaris (disampaikan kepada Bapa, melalui Putra dalam kesatuan Roh Kudus), collecta (saat hening untuk menyadari kehadiran Tuhan dan memberi kesempatan umat mengungkapkan permohonan pribadi)
– Doa Umat: menanggapi sabda, memohon keselamatan dan berbagai permohonan untuk kepentingan Gereja, pemerintah, yang menderita dan semua orang, atau kebutuhan sesuai dengan konteksnya.
– Doa persiapan persembahan: Presidensial, Doa ini selalu diakhiri dengan “Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami” atau kalau disebut Putra, dengan “Yang hidup dan berkuasa , kini dan sepanjang masa.”
– Doa sesudah komuni: presidensial, collecta. Intensi doa agar misteri yang sudah dirayakan menghasilkan buah.
4. Lagu
Menentukan lagu sesuai misteri yang dirayakan, melibatkan umat, meningkatkan kemeriahan liturgi dan sebagai iringan.
5. Petugas
Menentukan petugas, siapa saja yang bertugas, disiapkan, dikoordinasi agar pelaksanaan lancar
6. Sarana dan prasarana
– Bahan dan alat:
o Unsur alami: roti, air, minyak, api, dupa, ratus, garam, abu, bahan wangi-wangian
o Alat buatan manusia: piala, sibori, patena, alat kepyur dsb
– Pakaian dan warna liturgi:
o Pakaian untuk menampilkan dan mengungkapkan aneka fungsi dan tugas pelayanan; menonjolkan sifat meriah dan melambangkan kehadiran Kristus
o Warna: untuk mengungkapkan sifat dasar misteri iman yang dirayakan; menegaskan perjalanan hidup kristiani sepanjang tahun
7. Membuat teks misa
– Tema/masa perayaan Ekaristi
– Lagu (pembuka, ordinarium, mazmur tanggapan, bait pengantar injil, persiapan persembahan, komuni, penutup)
– Bacaan (I,II, Injil)
– Doa (pembuka, tobat, persiapan persembahan, DSA, sesudah komuni)
– Kalau perlu dimasukkan juga aklamasi umat, pengumuman paroki)

IV. TIM LITURGI LINGKUNGAN

A. SIAPA TIM LITURGI LINGKUNGAN
1. Sekelompok orang yang bersama-sama menjadi team work, bekerja sama menjalankan tugas-tugas berkaitan dengan liturgi untuk kepentingan lingkungan maupun paroki.
o Team work: kebersamaan/komunikasi dalam berpikir, berencana, melaksanakan tugas.
o Bekerjasama: jiwa dan semangat tim
o Kepentingan lingkungan dan paroki: menegaskan sisi kepercayaan banyak orang, menuntut komitmen dan tanggungjawab
2. Memiliki VISI, STRATEGI DAN ETOS KERJA
o VISI: bekerja bukan asal bekerja, tetapi bekerja dengan suatu arah dan untuk suatu tujuan: (mis) Berkembang bersama dalam lingkungan
o Strategi: cara mewujudkan visi : agenda, keterlibatan/dukungan, sarana prasarana, dsb
o Etos kerja: bukan sekedar terima jabatan/tugas, tetapi menjalankan dengan ketekunan dan rasa tanggung jawab.
3. Menentukan ANGGOTA TIM LITURGI
o Mampu: tahu dalam bidangnya (mis: arti dan sarana), mampu bekerjasama,
o Mau: ada keterlibatan hati, kesiapan batin, ketidakterpaksaan; juga mau berkembang dan bertanggung jawab.
o Waktu: ada waktu untuk tim, bukan sisa waktu tetapi disediakan/diprioritaskan dalam agenda hidupnya.
o Laku: aktif, partisipatif, kreatif dan inovatif

B. TUGAS TIM LITURGI LINGKUNGAN
1. Mempersiapkan peribadatan lingkungan
o Misa lingkungan/ujub keluarga: tahu alat-alat yang dibutuhkan, warna liturgi, menyusun peralatan misa
o Ibadat lingkungan: tahu kebutuhan ibadat dengan segala ujudnya.
 Lingkungan kalau perlu dan mampu, memiliki inventaris alat-alat: misa, pemberkatan, buku liturgi, sound system
2. Mengembangkan liturgi lingkungan
o Menemukan bentuk-bentuk liturgi/para liturgi yang lebih hidup dan mengena bagi umat.
o Memikirkan sarana-sarana (alat atau buku) liturgi lingkungan
o Meningkatkan pemahaman seputar liturgi untuk umat lingkungan: pendalaman, sarasehan, week end, dsb.
o Meningkatkan pendukung liturgi: koor, organis, misdinar, lektor, pewarta dsb
3. Mengkoordinir tugas lingkungan di paroki
o Mempersiapkan koor untuk tugas di paroki
o Menunjuk orang-orang untuk menjadi kolektan, persembahan, doa umat.
o Membuat teks misa yang baik (mengena, kontekstual, sesuai dengan masanya) untuk misa mingguan paroki.
 Lingkungan bersama-sama memberikan yang terbaik untuk umat separoki
4. Mendorong umat untuk semakin mencintai dan melibatkan dalam liturgi lingkungan atau paroki.
o Menciptakan suasana agar umat senang untuk terlibat
o Memberi sapaan kasih
o Menumbuhkan sense of belonging dan sense of liturgy
5. Memahami seluk-beluk liturgi.
o Memahami arti dan pentingnya liturgi untuk orang beriman
o Memahami alat-alat dan simbolisasinya, buku, pakaian dan kegunaan serta saat pemakaiannya
o Memahami tata gerak liturgi
 On going formation (belajar terus)

V. PRODIAKON

A. Siapa Prodiakon
prodiakon adalah petugas liturgi yang melaksanakan beberapa tugas diakon antara lain membantu imam dalam perayaan ekaristi (menyiapkan bahan persembahan dan melayani komuni). Disamping itu prodiakon dapat diberi tugas memimpin ibadat sabda, melayani komuni orang sakit, memimpin ibadat di sekitar kematian. Prodiakon dilantik oleh uskup atau orang lain yang diberi madat oleh uskup untuk masa bakti tertentu, misalnya 3 tahun dengan lingkup tugasnya di paroki. Pengangkatan prodiakon secara formal dinyatakan lewat Surat Keputusan uskup setempat. Jabatan prodiakon ini bisa diperpanjang dan juga diperpendek. Apabila seseorang yang kebetulan adalah seorang prodiakon berpindah tempat atau berada di tempat lain di luar paroki, ia tidak otomatis jabatan prodiakon itu berlaku di tempat yang baru.

B. Tugas Prodiakon

Prodiakon dipilih oleh dari antara umat dan diangkat oleh Uskup untuk suatu tugas tertentu. Pada prinsipnya ada dua tugas utama dari prodiakon:

1. Membantu menerimakan komuni:
– Dalam perayaan ekaristi. Setiap erayaan Ekaristi, pada prinsipnya prodiakon dapat membantu imam dalam membagikan komuni. Bantuan itu sangat dibutuhkan terutama dalam Perayaan Ekaristi mingguan, di mana umat yang hadir cukup banyak. Demi menciptakan suasana liturgis, tentu akan sangat baik kalau prodiakon mengikuti prosesi sejak awal, sehingga sejak awal pula ia mengenakan pakaian liturgis dan menduduki tempat yang telah disediakan.
– Di luar Perayaan Ekaristi: dalam ibadat sabda dan pengiriman komuni untuk orang sakit atau orang dalam penjara. Tidak setiap ibadat sabda diadakan penerimaan komuni, hanya dalam ibadat sabda khusus seperti Hari Jumat Agung, atau ibadat sabda di mana imam tidak mungkin dihadirkan karena jarak dan kesempatan, ibadat sabda bisa menggunakan penerimaan komuni. Peran prodiakon dalam acara ibadat sabda dan pengiriman komuni untuk orang sakit dan orang dalam penjara akan sangat berarti untuk mewujudkan pelayanan Gereja bagi mereka. Dalam penerimaan komuni untuk orang sakit atau dalam penjara akan sangat baik kalau sebelum mereka menerima, mereka diajak berdoa atau ibadat singkat sebagai wujud persiapan diri menerima kehadiran Kristus. Lansia yang masih mungkin untuk pergi ke gereja hendaknya, tidak ikut menerima kiriman komuni yang dikhususkan untuk orang sakit dan orang dalam penjara.

2. Melaksanakan tugas peribadatan dan pewartaan

– Memimpin ibadat sabda. Prodiakan di lingkungan atau kelompok kategorial tertentu sering kali harus memimpin ibadat sabda. Hendaknya sebelum mempimpin, seorang prodiakon mempersiapkan diri dengan baik agar pada saat pelaksanaan dapat lancar. Diusahakan setiap kali bertugas prodiakon mengenakan pakaian liturgis (alba/singel/jubah dan samir).
– Memberikan homili/renungan. Prodiakon memiliki tugas memberikan homili/renungan dalam suatu ibadat atau sarasehan. Tugas ini akan lebih baik kalau disiapkan sebelumnya, tidak spontan. Homili yang disiapkan akan jauh lebih baik dan lebih berbobot. Hendaknya saat memberikan homili, prodiakon mengenakan pakaian liturgis dan menyampaikannya secara jelas, runtut dan komunikatif.
– Memimpin liturgi pemakaman. Dalam ibadat pemakaman, sering kali prodiakon mendapat tugas untuk mempimpin ibadat pemberkatan perkawinan. Biasanya kalau ada imam, imam memimpin ibadat pemberkatan di tempat duka, sedangkan prodiakon meneruskannya di makam atau tempat peristirahatan terakhir. Tetapi seandainya tidak ada imam, prodiakon pun siap untuk melaksanakan tugas pemberkatan di rumah duka.
– Memimpin berbagai ibadat berkat/ujub doa di lingkungan/wilayah/paroki. Dalam ibadat berkat atau ujub prodiakon seringkali diminta untuk memimpin. Hendaknya diusakahan agar semua disiapkan sebelumnya, baik doa, bacaan, renungan maupun tata ibadatnya. Bacaan dan renungan hendaknya disesuaikan dengan ujubnya.

C. Landasan Pelayanan Prodiakon

1. Ambil bagian dalam karya imamat Kristus
2. Tuntutan hakekat liturgi sebagai perayaan Gereja
3. Tanggung jawab membangun kehidupan Gereja

D. Keistimewaan Prodikaon

1. Orang pilihan dalam Gereja. Diusulkan umat, dipilih rama paroki dan diangkat oleh uskup
2. Menghadirkan Kristus, melalui komuni, melalui pewartaan dan melalui kesaksian hidup
3. “Barisan depan dalam perayaan liturgi”. Dalam liturgi, berada di dekat altar Tuhan. Menuntut kepantasan dalam sikap dan penampilan liturgis
4. Tokoh Umat. Menjadi sorotan masyarakat. Perlu menjaga diri, jangan sampai menjadi batu sandunga, diharapkan justru menjadi teladan dan panutan

E. Tuntutan Prodiakon

1. Mempersiapkan diri: jarak jauh (pengetahuan) dan jarak dekat (persiapan fisik, psikis, rohani)
2. Membekali diri: menambah pengetahuan dan ketrampilan untuk mendukung tugas pelayanan
3. Melayani dengan murah hati: kesiapsediaan setiap saat, kepekaan, kasih, menyediakan waktu
4. Melayani dengan rendah hati: tidak main kuasa, bisa didekati oleh siapa saja, tidak birokratis
5. Melayani dengan setia: memberi prioritas pada tugas yang dipercayakan, pelaksanaan tugas bukan untuk diri tetapi untuk pelayanan kepada umat, memegang komitmen
6. Meningkatkan mutu hidup: secara rohani, psikologis dan secara sosial
7. Memahami aturan-aturan dan pedoman liturgi yang benar

Particular Relics 

 

St. Bernadette Soubirous, d. 1879
 
 

 

Blessed Imelda Lambertini, d. 1333

  
    
St. Vincent de Paul, d. 1660
 

St. Catherine Labouré, d. 1876
 

St. Maria Mazzarello, d. 1881
 

St. John Vianney, d. 1859

I thought I’d list the locations of some of the major first class relics here so that you’ll know where to find them if you’re blessed to make a pilgrimage to these locations. The sites below house the greatest part of the given relic, but tinier pieces may be found throughout the world, especially in the Altars of Catholic churches.

Note that some of the Saints are marked as “incorrupt”; this refers to the phenomenon whereby some Saints’ bodies do not corrupt after death. An example is St. Bernadette Soubirous, who saw Our Lady at Lourdes and who now lies in a glass coffin at her convent in Nevers, France. Though she died in A.D. 1879, she is as lovely as she ever was (first picture at right. For a larger view, click on it; the larger picture will open in a new browser window).

Other examples are those of Blessed Imelda Lambertini, who died in ecstasy during her First Communion in A.D. 1333 at age 11 (I am uncertain how accurately the picture at right represents Imelda’s state of preservation! This may be a wax figure); of St. Catherine Labouré, who had the vision of Our Lady which led to the minting of the Miraculous Medal and who died in A.D. 1876; of St. Maria Mazzarello, the first Salesian Sister, who died in A.D. 1881; and of St. John Vianney, Curé d’Ars, who died in A.D. 1859 (see pictures at right). There are many more.

Now, on to the list of relics…

 

Where you can venerate some First Class Relics


Austria

Vienna

 

Relic: St. Longinus’ Lance (lance of the Roman soldier who pierced Christ’s side)
Where: Hofburg Treasure House, Vienna, Austria. The shaft of the lance is at St. Peter’s Basilica, Rome.

Relic: St. Elizabeth of Hungary
Where: Convent of St. Elizabeth, Vienna, Austria. Preserved here is St. Elizabeth’s skull, crowned with the crown she wore in life.


Belgium

Brussels

 

Relic: St. Boniface of Brussels, Bishop of Lausanne
Where: Notre Dame de la Chapelle, Brussels, Belgium

Gheel

 

Relic: St. Dymphna
Where: Church of St. Dymphna, Gheel (province of Antwerp), Belgium


Canada

Midland

 

Relic: St. Isaac Jogues, St. Jean de Brébeuf, and Companions
Where: The Martyrs’ Shrine, Highway 12, Midland, Ontario, Canada

Quebec

 

Relic: Kateri Tekakwitha (awaiting canonization)
Where: Saint Francis-Xavier Mission Church, Kahnawake, Quebec, Canada

Relic: St. Anne
Where: Church of Ste. Anne de Beaupré, Ste. Anne de Beaupré, Montmorency county, Quebec, Canada (the majority of St. Anne’s relics are in Apt, Bouches-du-Rhone, Provence, France).

Czech Republic

Prague

 

Relic: St. Wenceslaus, St. Vitus
Where: Cathedral of St. Vitus, Prague, Czech Republic

Relic: St. Ludmilla
Where: St. George’s Basilica, Prague, Czech Republic

Note: 
Though not a shrine in honor of canonized Saints, also of note in the Czech Republic is “Sedlec Ossuary” (”Kostnice”) of the Cistercian All Saints chapel in Sedlec, a suburb on the outskirts of the town of Kutna Hora, about 45 miles East of Prague. In A.D. 1278, the abbot there went on a pilgrimage to the Holy Land and brought back some soil, which he poured over the cemetery ground. Christians, then, wanted to be buried in that soil when they died, but after a time the graveyard became too crowded, especially in A.D. 1318, when 30,000 people were buried after dying from the Plague. An ossuary was built so that the older bones could be dug up and new bodies buried. A woodcarver was later hired to decorate the chapel, and he used the bones decoratively. The ossuary came to be adorned — literally — with the bones of around 40,000 Christians. You can see some pictures of this fascinating place at this website, and seethis page for a Quicktime panoramic view of the place. (links will open in a new browser window)
Ecuador

Quito

 

Relic: Mother Mariana de Jesus Torres (incorrupt), and the miraculous image of Our Lady of Good Success
Where: Mother Mariana lies in a glass coffin at the cloistered Convent of the Immaculate Conception in Quito, Ecuador. The miraculous statue can be seen by the public at these times: during the novena anticipating the Feast of the Purification, from around January 24 to February 2; during the month of May; during the month of October. 

 
Egypt

Alexandria

 

Relic: St. Mark, Evangelist
Where: St. Mark Church in Alexandria, Egypt. (Cenotaph in Church of San Marco Venice, Italy where his relics had been taken during the Crusades.)


England

London

 

Relic: The Venerable Bede
Where: Galilee Chapel, Durham Cathedral, County Durham, England

Relic: St. Edward the Confessor (incorrupt)
Where: Westminster Abbey, London, England

Relic: St. John Southworth
Where: Westminster Cathedral (Precious Blood Cathedral), London, England. St John was hanged, drawn, and quartered during the Protestant “Reformation” for celebrating the Traditional Mass. The quarters of his body and his head were recovered after the execution, reassembled and sent to the Catholic Seminary at Douai, where it was buried during the Napoleonic purges in France. The relic was re-discovered in the last century during construction work to build a new road, and is now contained within a silver effigy, dressed in red Mass Vestments and contained within a glass reliquary in the Chapel of Saint George and the English Martyrs.

Relic: St. Thomas More and St. John Fisher
Where: Church of St. Peter ad Vincula in the Tower of London (St. Thomas More’s head, after it was removed, was boiled and displayed, after which it was to be thrown into the Thames River. His daughter rescued it by bribing the guard and allegedly buried it in her husband’s family vault).


France

Annecy

 

Relic: St. Francis de Sales
Where: Church of the first Monastery of the Visitation, Annecy, France (his incorrupt heart is preserved at the Monastery of the Visitation, Treviso, Italy).

Ars

 

Relic: St. John Vianney (incorrupt)
Where: Basilica at Ars, France

Bordeaux

 

Relic: St. Simon Stock
Where: Carmelite monastery, Bordeaux, France (his skull is preserved at Aylesford, Kent, England)

Champagne

 

Relic: St.Helena
Where: Abbey of Hautvillers, Champagne, France (diocese of Reims). Her relics were translated here from Constantinople in A.D. 849 (Note: it is in this abbey that the pirest, Dom Pierre Perignon, invented Champagne in the 17th century. He, too, is buried here).

Lisieux

 

Relic: St. Thérèse of Lisieux 
Where: Chapel of the Convent of Carmel, Lisieux, France

Nevers

 

Relic: St. Bernadatte (incorrupt) 
Where: Convent of St. Gildard in Nevers, France

Paray-le-Monial

 

Relic: St. Margaret Mary Alacoque (unsure as to whether or not she is incorrupt; I’ve read that her relics are not incorrupt, but are kept in a figurine of her which makes her appear incorrupt)
Where: Shrine of St. Margaret Mary Alacoque, Paray-le-Monial, France

Paris

 

Relic: St. Genevieve
Where: Saint Etienne-Du-Mont, Paris, France

Relic: Crown of Thorns and a piece of the True Cross 
Where: Kept, starting with King St. Louis IX, at Ste. Chapelle, Paris, France (on the Ile de la Cité, near Notre Dame) — a chapel the sainted King built just for these relics. Removed during the French Revolution and placed in the Bibliotheque Nationale. They are now at Notre Dame Cathedral in Paris (but visit Ste. Chapelle anyway! It is stunning…).

Relic: St. Catherine Labouré (incorrupt) 
Where: Chapel of the Sisters of Charity Convent, 140 Rue du Bac, Paris, France

Relic: St. Vincent de Paul (incorrupt) 
Where: Church of St. Vincent de Paul, Rue de Sevres, Paris, France (his heart is at the Chapel of the Miraculous Medal)

Seine et Marne

 

Relic: St. Fiacre
Where: Cathedrale de Meaux, Seine et Marne, France

Saint Denis

 

Relic: St. Louis IX
Where: Basilica of St. Denis, St. Denis, France (now a northern suburb of Paris). You will find here almost all the remains of French monarchs from Dagobert I on. During the French Revolution, the contents of the tombs were emptied into a mass grave, but were later recovered and put into a large ossuary inside the Basilica. 

Toulouse

 

Relic: St. Thomas Aquinas 
Where: Basilica of St. Sernin, Toulouse, France

Vannes

 

Relic: St. Vincent Ferrer
Where: Cathedral of Vannes, Vannes, France
Germany

Cologne

 

Relic: The Three Magi
Where: Discovered in Persia, brought to Constantinople by St. Helena, transferred to Milan in the fifth century and then to the Cathedral of Cologne, Germany in A.D. 1163, where they’ve been ever since.

Relic: St. Ursula
Where: Ursalaplatz (Church of St. Ursula), Cologne, Germany

Relic: St. Albert the Great
Where: Komdienstraße (Church of Saint Andreas), Cologne, Germany

Eibergen

 

Relic: St. Hildegard von Bingen
Where: Parish church of Eibergen, Eibergen, Germany (originally buried at the graveyard of the convent of Disibodenberg. Translated to present location in A.D. 1642).

Eichstatt

 

Relic: St. Walburga
Where: Church of St. Walburga, Eichstätt, Bavaria, Germany. Her relics exude a healing “oil of Saints” between 12 October and 25 February, her Feast in the Benedictine Breviary.

Fulda

 

Relic: St. Boniface
Where: Cathedral of Fulda, Fulda, Germany

Munich

 

Relic: St. Mundita
Where: Peterskirche (St. Peter’s Church), Rindermarkt 1 (near the Rathaus), Munich, Germany. I have no idea who this Saint it, but her skeleton is gilded, bejeweled, and kept in a glass case. Fitted with glass eyes, she seems to stare at you from the beyond…

Trier

 

Relic: Christ’s Robe
Where: Cathedral of St. Peter, Trier, Germany. The “tunica Christi” was brought to Trier by St. Helena.
Hungary

Buda

 

Relic: the right hand King Saint Istvan (Stephen) (this relic is known as the “Holy Right”)
Where: Saint Istvan’s Basilica, Buda (the western part of Budapest)
India

Chennai

 

Relic: St. Thomas the Apostle
Where: Santhome Cathedral, Chennai, India

Goa

 

Relic: St. Francis Xavier (incorrupt)
Where: Basilica Bom Jesus, Goa, India 
 

Ireland (Republic of Ireland and Northern Ireland)

Downpatrick

 

Relic: SS. Patrick, Brigid, and Columba (a.k.a. “Columcille”)
Where: Cathedral of Down, Downpatrick, Northern Ireland

Dublin

 

Relic: St. Valentine
Where: The Carmelite Whitefriar Church, Dublin, Republic of Ireland. At least some of the greater relics of St. Valentine were retrieved from the Cemetery of St Hippolytus, on the Tiburtine Way in Rome, and given to Fr. John Spratt by Pope Gregory XVI in 1836.


Italy

Amalfi

 

Relic: St. Andrew, Apostle
Where: Cathedral of Amalfi, Italy

Aquila

 

Relic: St. Bernardine of Siena
Where: Basilica di S.Bernardino, Aquila, Abruzzo, Italy

Assisi

 

Relic: St. Francis of Assisi
Where: Lower Church of the Basilica of Saint Francis of Assisi, Assisi, Umbria, Italy

Relic: St. Clare of Assisi, St. Agnes of Assisi, and their mother, Blessed Ortolana
Where: Basilica of Santa Chiara, Assisi, Umbria, Italy

Bari

 

Relic: St. Nicholas of Myra
Where: Translated from Myra to the Church of St. Stephen in Bari, Apulia, Italy in A.D. 1087 to save them from Muslim desecration.

Bologna

 

Relic: St. Dominic 
Where: Church of St. Dominic, Bologna, Italy

Relic: Blessed Imelda Lambertini (incorrupt?)
Where: San Sigismondo Church near the University of Bologna, Bologna, Italy. Blessed Imelda died in ecstasy while receiving her First Holy Communion. I am uncertain how accurately the picture above represents Imelda’s state of preservation; this may be a wax figure. The translation of the Latin inscription above her tomb reads:

Imelda Lambertini

A virgin of Bologna in ancient Coenobio

St. Mary Magdalene in the Valley of Peter,
Emulating the innocent angel
When, long ago, she desired most passionately 
To approach the sacred altar,
But did not reach it because of her tender youth.
Jesus Himself, overcome by her great love,
Four days before the Ides of May in the year 1333
He descending from heaven, restored her in a new miracle with the divine bread,
Embracing her as a spouse,
He filled her with so much ecstatic joy
That the bonds of her fragile body were broken
And her most innocent spirit flew away from this earth
To the eternal banquet of Christ.

Oh blessed citizen of Bologna
You whose bones protect this place with their religious power,
Watch over the chaste line of children,

Caposele

 

Relic: St. Gerard Majella
Where: Caposele, Italy

Cascia

 

Relic: St. Rita of Cascia (incorrupt)
Where: Basilica of St Rita in Cascia, Italy

Castello

 

Relic: Blessed Margaret of Castello (incorrupt) 
Where: Church of St. Domenico, Castello, Italy

Lanciano

 

Relic: Eucharist whose accidents had turned also to Flesh in A.D. 700
Where: Church of Lagontial, Lanciano, Italy. A Basilian monk who was offeriing Mass in the church of St. Legonziano in Lanciano began to doubt the real presence of Christ under the sacred species after the consecration. At that very moment, the priest saw how the sacred host was transformed into human flesh and the wine into blood, which later coagulated. These relics are kept in the cathedral. On Nov. 18, 1970, Dr. Edoardo Linoli analyzed the remains of “miraculous flesh and blood” and concluded that it was human myocardial tissue and genuine blood, respectively.

Milan

 

Relic: St. Ambrose
Where: Basilica of Sant’Ambrogio, Milan, Italy (crypt open on his Feast Day)

Relic: St. Charles Borromeo
Where: Cathedral of Milan, Italy

Monoppello

 

Relic: St. Veronica’s Veil (?)
Where: Carthusian Monastery, Monoppello, Italy. If this is the true Veil of Vernoica, the history goes like this: the veil had been kept at St. Peter’s Basilica, Rome, Italy (there is a niche for it near the statue of St. Veronica there), but was removed from there when St. Peter’s was being rebuilt, and taken to this monastery in A.D. 1608. There is either a copy of the veil at the Vatican today in the aforementioned niche, or the one at the Vatican is the original (all other copies of the Veil were prohibited by Pope Paul V in 1616).

Naples

 

Relic: St. Januarius (Genarro)
Where: Cathedral of Naples, Naples, Campania, Italy. A vial of St. Genarro’s dried blood liquefies and “boils” when brought near his head 18 times a year.

Monte Cassino

 

Relic: St. Benedict and St. Scholastica 
Where: Abbey of Monte Cassino, on a hill overlooking Monte Cassino, Italy

Montefalco

 

Relic: St. Clare of Montefalco (incorrupt)
Where: Church of the Holy Cross, Montefalco, Italy

Nettuno

 

Relic: St. Maria Goretti
Where: Our Lady of Grace, Nettuno, Italy

Padua

 

Relic: St. Anthony of Padua 
Where: Basilica of St. Anthony, Padua, Italy. When St. Anthony’s coffin was opened 30 years after his disposition, most of his body was found to have returned to dust but for his tongue, which remained fresh as a sign of his gift of preaching. It is this that is kept at the Basilica.

Relic: St. Luke
Where: Basilica of St. Justina in Padua, Italy

Pavia

 

Relic: St. Augustine
Where: San Pietro in Ciel D’Oro, in Pavia, Italy

Rieti

 

Relic: St. Barbara
Where: Cathedral of Rieti, Italy

Rome

 

Relic: Titulus Crucis, a Crucifixion nail, relic of the True Cross, two thorns from the Crown of Thorns, the greater part of the sponge used to give Christ vinegar, a piece of the cross of the good thief (St. Dismas), finger of St. Thomas the Apostle 
Where: Santa Croce in Gerusalemme (Holy Cross in Jerusalem) 12 Piazza di Santa Croce in Gerusalemme, Rome, Italy. The church, whose floor was packed with soil from the Holy Land, was consecrated about A.D. 325, in an older building that was rebuilt to house the Passion Relics brought to Rome by St. Helena, Constantine’s mother. The “Titulus Crucis” is the sign that hung over Christ’s Head, naming Him as “King of the Jews.”

Relic: St. Agnes 
Where: Sant’ Agnese fuori le mura (St Agnes Outside the Walls), 364 Via Nomentana, Rome, Italy. The church is built over St. Agnes’s tomb. Her head is preserved at the Sancta Sanctorum in the area.

Relic: Many Popes, including: St. Peter; St. Leo the Great; St. Gregory the Great; St. Pius X (incorrupt). Many Saints, including St. Gregory Nazianzen. 
Where: San Pietro in Vaticano (St. Peter’s Basilica, Vatican City, Italy)

Relic: St. Jerome and St. Pius V (incorrupt), part of the manger, the icon Salus Populi Romani
Where: Santa Maria Maggiora (St. Mary Major) 42 Piazza di Santa Maria Maggiore, Rome, Italy

Relic: St. Bartholomew, Apostle (?)
Where: St. Bartholomew-in-the-Island, Rome, Italy

Relic: St. Lawrence and St. Stephen 
Where: San Lorenzo fuori le Mura (St Lawrence outside the Walls, a.k.a. San Lorenzo in Campo Verano) 3 Piazzale del Verano, Rome, Italy. The church is built over the tomb of St. Lawrence. St. Stephen was brought from Constantinople by Pope Pelagius II. Another church, San Lorenzo in Panisperna, was built over the place of St. Lawrence’s martyrdom, and there one can see the gridiron upon which he was put to death.

Relic: St. Paul 
Where: Some of St. Paul’s relics are kept at the Basilica of St. Paul’s Outside the Walls (San Paolo Fuori Le Mura). At the Church of the Decapitation (Church of San Paolo Alle Tre Fontane), built over the site he was beheaded, you can see the marble column to which St. Paul was bound, the table on which he died, and three springs that sprang up at the spot where he was killed (the springs are now operated mechanically).

Relic: SS. Cosmas and Damian
Where: Church of Saints Cosmas and Damian, Rome, Italy

Relic: Hearts of Popes Sixtus V, Urban VII, Gregory XIV, Innocent IX, Clement VIII, Leo XI, Paul V, Gregory XV, Urban VIII, Innocent X, Alexander VII, Clement IX, Clement X, Bl. Innocent XI, Alexander VIII, Innocent XII, Clement XI, Innocent XIII, Benedict XIII, Clement XII, Benedict XIV, Clement XIII, Clement XIV, Pius VII, Leo XII, Pius VIII, Gregory XVI, Bl. Pius IX (all the Popes from Sixtus V, who died in 1590, to Pius IX, with the exception of Pius VI)
Where: Santi Vincenzo e Anastasio (Church of SS. Vincent and Anastasius), in the Piazza di Trevi, Rome

Relic: Steps of Pilate’s house that Christ ascended for His sentencing (moved from Jerusalem to Rome by St. Helena)
Where: Basilica of St. John Lateran, Rome, Italy. Also in this basilica is a monument to Pope Sylvester II that is said to “cry” before a Pope dies (its marble becomes moist).

Relic: St. Cecilia
Where: Basilica of St. Cecilia, Rome, Italy. St. Cecilia was originally buried in the Catacombs of St. Callixtus (Catacombe di San Callisto), but in A.D. 821, Pope Paschal I collected some of the remains of the Saints to preserve them from raiders. Her relics were lost, though, but the Pope dreamed of where could be found. Her incorrupt body was located in what is now the Crypt of St Cecilia in those Catacombs.

Relic: St. Sebastian
Where: Church of St. Sebastian, Rome, Italy. (St. Sebastian’s head is at Church of the Four Crowned Martyrs — “Santi Quattro Incoronati)

Relic: St. Monica
Where: Church of St. Augustine in Campo Marzio, Rome, Italy

Relic: St. Ignatius of Loyola  and St. Robert Bellarmine
Where: Church of the Gesu, Rome, Italy

Relic: St. Catherine of Siena and Fra Angelico 
Where: Altar at the Basilica of Santa Maria Sopra Minerva, Rome, Italy (St. Catherine’s head is in the Church of San Domenico, Siena, Italy)

Note: 
Also of interest in Rome are two sites rather like Kostnice in the Czech Republic (see above). The first is the Cimitero dei Capuccini, the Capuchin catacombs near Piazza Barberini. This subterranean crypt underneath the Church of Santa Maria della Concezione contains the bones of monks and others arranged in artistic designs. The second is S.Maria dell’Orazione e Morte, located at via Giulia 262. This place contains the bones of unknown people who died and had no one to bury them, and who were buried by a Confraternity that had charge of such things and offered Masses for their souls.

San Giovanni Rotondo

 

Relic: St. Pio of Pietrelcina (Padre Pio)
Where: Padre Pio Shrine, San Giovanni Rotondo, Italy

Turin

 

Relic: St. John Bosco (incorrupt), St. Dominic Savio, St. Maria Mazzarello (incorrupt)
Where: Basilica di Maria Ausiliatrice (Mary Help of Christians), Turin, Piedmont, Italy. In Valsalice, Piedomont, you can see the room where St. John Bosco died, kept exactly as it was when he went to his Heavenly reward.

Relic: The Holy Shroud
Where: Royal Chapel of the Holy Shroud, Cathedral of San Giovanni, Turin, Piedmont, Italy (since A.D. 1578)

Venice

 

Relic: St. Lucy
Where: Church of San Geremia Venice, Italy. Her remains, moved from Syracuse to Constantinople, were translated from Constantinople to Venice in A.D. 1204. Her head, however, may be venerated at the Cathedral of Bourges France (it was sent to Louis XII).

Relic: St. Roch
Where: Church of San Rocco, Venice, Italy.
 
Peru

Lima

 

Relic: St. Martin de Porres
Where: Convent of the Holy Rosary, Lima, Peru 
 
Poland

Krakow

 

Relic: SS. Hedwig (Jadwiga) and Stanislaus
Where: Cathedral Basilica of St. Stanislaus and St. Wenceslaus. (”Wawel Cathedral”), Krakow, Poland
Spain

Agreda

 

Relic: Venerable Mary of Agreda (incorrupt) 
Where: 
Convent of the Conception, Agreda, Spain 

Avila

 

Relic: St. Teresa of Avila (incorrupt)
Where: Convent of St. Teresa, Avila, Spain (St. Teresa’s heart is in the Carmelite Convent in Alba de Tormes, Spain) 

Compostela

 

Relic: St. James the Greater
Where: Cathedral of Santiago de Compostela, Compostela, Spain

Granada

 

Relic: St. John of God
Where: Iglesia de San Juan de Dios, Granada, Spain. At the Museo de S. Juan de Dios. Calle Convalescencía, you can see the room in which he died, along with some of his belongings.

Oviedo

 

Relic: Sudarium of Oviedo (the second linen used to cover Jesus’ Face at His entombment)
Where: Cathedral of Oviedo, Oviedo, Spain

Segovia

 

Relic: St. John of the Cross
Where: Segovia, Spain


Sweden

Vadstena

 

Relic: St. Birgitta
Where: Vadstena Cloister, Vadstena, Ostergotlands Lan, Sweden
United States

Chicago, Illinois

 

Relic: Over 2000 relics, including some of all 12 Apostles and 24 of the 33 Doctors of the Church
Where: St. John Cantius Parish, 825 North Carpenter Street Chicago, Illinois 60622-5405, Phone: 312-243-7373

St. Marys, Kansas

 

Relic: Practically every Saint who’s ever lived
Where: At St. Mary’s Academy, there’s a Relic Chapel that contains an incredible amount of first class relics (though no major tombs or shrines). The address is: St. Mary’s Academy & College, 200 E. Mission Street, St. Marys, KS 66536

Louisville, Kentucky

 

Relic: St. Bonosa and St. Magnus
Where: At St. Martin of Tours parish church, 639 South Shelby Street, Louisville, Kentucky, 40202

Emmitsburg, Maryland

 

Relic: St. Elizabeth Ann Seton
Where: Seton Shrine Chapel, Emmitsburg, Frederick County, Maryland

Relic: St. Frances Cabrini 
Where: St. Frances Cabrini Shrine, 701 Fort Washington Avenue, New York City, New York

Maria Stein, Ohio

 

Relic: Practically every Saint who’s ever lived
Where: Another Relic Chapel like that of St. Mary’s Academy in Kansas (no major tombs or shrines) is the Maria Stein Center. The address is: 2291 St. Johns Road, Maria Stein, Ohio 45860, (419) 925-4532

Philadelphia, Pennsylvania

 

Relic: St. John Neumann
Where: National Shrine of Saint John Neumann, 1019 North Fifth Street, Philadelphia, Pennsylvania 19123

Pittsburgh, Pennsylvania

 

Relic: Practically every Saint who’s ever lived
Where: Another Relic Chapel — the largest in the United States — is St. Anthony’s Chapel in the Most Holy Name of Jesus parish. The address is: 1700 Harpster St., Pittsburgh, Pennsylvania (Troy Hill).

 

 

Particular Relics 

 


St. Bernadette Soubirous, d. 1879
 
 
Blessed Imelda
Blessed Imelda Lambertini, d. 1333

 

 
    
St. Vincent de Paul, d. 1660
 

St. Catherine Laboure
St. Catherine Labouré, d. 1876
 

St. Maria Mazzarello
St. Maria Mazzarello, d. 1881
 
St. John Vianney
St. John Vianney, d. 1859

I thought I’d list the locations of some of the major first class relics here so that you’ll know where to find them if you’re blessed to make a pilgrimage to these locations. The sites below house the greatest part of the given relic, but tinier pieces may be found throughout the world, especially in the Altars of Catholic churches.

Note that some of the Saints are marked as “incorrupt”; this refers to the phenomenon whereby some Saints’ bodies do not corrupt after death. An example is St. Bernadette Soubirous, who saw Our Lady at Lourdes and who now lies in a glass coffin at her convent in Nevers, France. Though she died in A.D. 1879, she is as lovely as she ever was (first picture at right. For a larger view, click on it; the larger picture will open in a new browser window).

Other examples are those of Blessed Imelda Lambertini, who died in ecstasy during her First Communion in A.D. 1333 at age 11 (I am uncertain how accurately the picture at right represents Imelda’s state of preservation! This may be a wax figure); of St. Catherine Labouré, who had the vision of Our Lady which led to the minting of the Miraculous Medal and who died in A.D. 1876; of St. Maria Mazzarello, the first Salesian Sister, who died in A.D. 1881; and of St. John Vianney, Curé d’Ars, who died in A.D. 1859 (see pictures at right). There are many more.

Now, on to the list of relics…

 

Where you can venerate some First Class Relics


Austria

Vienna

 

Relic: St. Longinus’ Lance (lance of the Roman soldier who pierced Christ’s side)
Where: Hofburg Treasure House, Vienna, Austria. The shaft of the lance is at St. Peter’s Basilica, Rome.

 

Relic: St. Elizabeth of Hungary
Where: Convent of St. Elizabeth, Vienna, Austria. Preserved here is St. Elizabeth’s skull, crowned with the crown she wore in life.


Belgium

Brussels

 

Relic: St. Boniface of Brussels, Bishop of Lausanne
Where: Notre Dame de la Chapelle, Brussels, Belgium

Gheel

 

Relic: St. Dymphna
Where: Church of St. Dymphna, Gheel (province of Antwerp), Belgium


Canada

Midland

 

Relic: St. Isaac Jogues, St. Jean de Brébeuf, and Companions
Where: The Martyrs’ Shrine, Highway 12, Midland, Ontario, Canada

Quebec

 

Relic: Kateri Tekakwitha (awaiting canonization)
Where: Saint Francis-Xavier Mission Church, Kahnawake, Quebec, Canada

Relic: St. Anne
Where: Church of Ste. Anne de Beaupré, Ste. Anne de Beaupré, Montmorency county, Quebec, Canada (the majority of St. Anne’s relics are in Apt, Bouches-du-Rhone, Provence, France).

Czech Republic

Prague

 

Relic: St. Wenceslaus, St. Vitus
Where: Cathedral of St. Vitus, Prague, Czech Republic

Relic: St. Ludmilla
Where: St. George’s Basilica, Prague, Czech Republic

Note: 
Though not a shrine in honor of canonized Saints, also of note in the Czech Republic is “Sedlec Ossuary” (”Kostnice”) of the Cistercian All Saints chapel in Sedlec, a suburb on the outskirts of the town of Kutna Hora, about 45 miles East of Prague. In A.D. 1278, the abbot there went on a pilgrimage to the Holy Land and brought back some soil, which he poured over the cemetery ground. Christians, then, wanted to be buried in that soil when they died, but after a time the graveyard became too crowded, especially in A.D. 1318, when 30,000 people were buried after dying from the Plague. An ossuary was built so that the older bones could be dug up and new bodies buried. A woodcarver was later hired to decorate the chapel, and he used the bones decoratively. The ossuary came to be adorned — literally — with the bones of around 40,000 Christians. You can see some pictures of this fascinating place at this website, and seethis page for a Quicktime panoramic view of the place. (links will open in a new browser window)


Ecuador

Quito

 

Relic: Mother Mariana de Jesus Torres (incorrupt), and the miraculous image of Our Lady of Good Success
Where: Mother Mariana lies in a glass coffin at the cloistered Convent of the Immaculate Conception in Quito, Ecuador. The miraculous statue can be seen by the public at these times: during the novena anticipating the Feast of the Purification, from around January 24 to February 2; during the month of May; during the month of October. 

 
Egypt

Alexandria

 

Relic: St. Mark, Evangelist
Where: St. Mark Church in Alexandria, Egypt. (Cenotaph in Church of San Marco Venice, Italy where his relics had been taken during the Crusades.)


England

London

 

Relic: The Venerable Bede
Where: Galilee Chapel, Durham Cathedral, County Durham, England

Relic: St. Edward the Confessor (incorrupt)
Where: Westminster Abbey, London, England

Relic: St. John Southworth
Where: Westminster Cathedral (Precious Blood Cathedral), London, England. St John was hanged, drawn, and quartered during the Protestant “Reformation” for celebrating the Traditional Mass. The quarters of his body and his head were recovered after the execution, reassembled and sent to the Catholic Seminary at Douai, where it was buried during the Napoleonic purges in France. The relic was re-discovered in the last century during construction work to build a new road, and is now contained within a silver effigy, dressed in red Mass Vestments and contained within a glass reliquary in the Chapel of Saint George and the English Martyrs.

Relic: St. Thomas More and St. John Fisher
Where: Church of St. Peter ad Vincula in the Tower of London (St. Thomas More’s head, after it was removed, was boiled and displayed, after which it was to be thrown into the Thames River. His daughter rescued it by bribing the guard and allegedly buried it in her husband’s family vault).


France

Annecy

 

Relic: St. Francis de Sales
Where: Church of the first Monastery of the Visitation, Annecy, France (his incorrupt heart is preserved at the Monastery of the Visitation, Treviso, Italy).

Ars

 

Relic: St. John Vianney (incorrupt)
Where: Basilica at Ars, France

Bordeaux

 

Relic: St. Simon Stock
Where: Carmelite monastery, Bordeaux, France (his skull is preserved at Aylesford, Kent, England)

Champagne

 

Relic: St.Helena
Where: Abbey of Hautvillers, Champagne, France (diocese of Reims). Her relics were translated here from Constantinople in A.D. 849 (Note: it is in this abbey that the pirest, Dom Pierre Perignon, invented Champagne in the 17th century. He, too, is buried here).

Lisieux

 

Relic: St. Thérèse of Lisieux 
Where: Chapel of the Convent of Carmel, Lisieux, France

Nevers

 

Relic: St. Bernadatte (incorrupt) 
Where: Convent of St. Gildard in Nevers, France

Paray-le-Monial

 

Relic: St. Margaret Mary Alacoque (unsure as to whether or not she is incorrupt; I’ve read that her relics are not incorrupt, but are kept in a figurine of her which makes her appear incorrupt)
Where: Shrine of St. Margaret Mary Alacoque, Paray-le-Monial, France

Paris

 

Relic: St. Genevieve
Where: Saint Etienne-Du-Mont, Paris, France

Relic: Crown of Thorns and a piece of the True Cross 
Where: Kept, starting with King St. Louis IX, at Ste. Chapelle, Paris, France (on the Ile de la Cité, near Notre Dame) — a chapel the sainted King built just for these relics. Removed during the French Revolution and placed in the Bibliotheque Nationale. They are now at Notre Dame Cathedral in Paris (but visit Ste. Chapelle anyway! It is stunning…).

Relic: St. Catherine Labouré (incorrupt) 
Where: Chapel of the Sisters of Charity Convent, 140 Rue du Bac, Paris, France

Relic: St. Vincent de Paul (incorrupt) 
Where: Church of St. Vincent de Paul, Rue de Sevres, Paris, France (his heart is at the Chapel of the Miraculous Medal)

Seine et Marne

 

Relic: St. Fiacre
Where: Cathedrale de Meaux, Seine et Marne, France

Saint Denis

 

Relic: St. Louis IX
Where: Basilica of St. Denis, St. Denis, France (now a northern suburb of Paris). You will find here almost all the remains of French monarchs from Dagobert I on. During the French Revolution, the contents of the tombs were emptied into a mass grave, but were later recovered and put into a large ossuary inside the Basilica. 


Toulouse

 

Relic: St. Thomas Aquinas 
Where: Basilica of St. Sernin, Toulouse, France

Vannes

 

Relic: St. Vincent Ferrer
Where: Cathedral of Vannes, Vannes, France

Germany

Cologne

 

Relic: The Three Magi
Where: Discovered in Persia, brought to Constantinople by St. Helena, transferred to Milan in the fifth century and then to the Cathedral of Cologne, Germany in A.D. 1163, where they’ve been ever since.

Relic: St. Ursula
Where: Ursalaplatz (Church of St. Ursula), Cologne, Germany

Relic: St. Albert the Great
Where: Komdienstraße (Church of Saint Andreas), Cologne, Germany

Eibergen

 

Relic: St. Hildegard von Bingen
Where: Parish church of Eibergen, Eibergen, Germany (originally buried at the graveyard of the convent of Disibodenberg. Translated to present location in A.D. 1642).

Eichstatt

 

Relic: St. Walburga
Where: Church of St. Walburga, Eichstätt, Bavaria, Germany. Her relics exude a healing “oil of Saints” between 12 October and 25 February, her Feast in the Benedictine Breviary.

Fulda

 

Relic: St. Boniface
Where: Cathedral of Fulda, Fulda, Germany

Munich

 

Relic: St. Mundita
Where: Peterskirche (St. Peter’s Church), Rindermarkt 1 (near the Rathaus), Munich, Germany. I have no idea who this Saint it, but her skeleton is gilded, bejeweled, and kept in a glass case. Fitted with glass eyes, she seems to stare at you from the beyond…

Trier

 

Relic: Christ’s Robe
Where: Cathedral of St. Peter, Trier, Germany. The “tunica Christi” was brought to Trier by St. Helena.

Hungary

Buda

 

Relic: the right hand King Saint Istvan (Stephen) (this relic is known as the “Holy Right”)
Where: Saint Istvan’s Basilica, Buda (the western part of Budapest)

India

Chennai

 

Relic: St. Thomas the Apostle
Where: Santhome Cathedral, Chennai, India

Goa

 

Relic: St. Francis Xavier (incorrupt)
Where: Basilica Bom Jesus, Goa, India 

 

Ireland (Republic of Ireland and Northern Ireland)

Downpatrick

 

Relic: SS. Patrick, Brigid, and Columba (a.k.a. “Columcille”)
Where: Cathedral of Down, Downpatrick, Northern Ireland

Dublin

 

Relic: St. Valentine
Where: The Carmelite Whitefriar Church, Dublin, Republic of Ireland. At least some of the greater relics of St. Valentine were retrieved from the Cemetery of St Hippolytus, on the Tiburtine Way in Rome, and given to Fr. John Spratt by Pope Gregory XVI in 1836.


Italy

Amalfi

 

Relic: St. Andrew, Apostle
Where: Cathedral of Amalfi, Italy

Aquila

 

Relic: St. Bernardine of Siena
Where: Basilica di S.Bernardino, Aquila, Abruzzo, Italy

Assisi

 

Relic: St. Francis of Assisi
Where: Lower Church of the Basilica of Saint Francis of Assisi, Assisi, Umbria, Italy

Relic: St. Clare of Assisi, St. Agnes of Assisi, and their mother, Blessed Ortolana
Where: Basilica of Santa Chiara, Assisi, Umbria, Italy

Bari

 

Relic: St. Nicholas of Myra
Where: Translated from Myra to the Church of St. Stephen in Bari, Apulia, Italy in A.D. 1087 to save them from Muslim desecration.

Bologna

 

Relic: St. Dominic 
Where: Church of St. Dominic, Bologna, Italy

 

Relic: Blessed Imelda Lambertini (incorrupt?)
Where: San Sigismondo Church near the University of Bologna, Bologna, Italy. Blessed Imelda died in ecstasy while receiving her First Holy Communion. I am uncertain how accurately the picture above represents Imelda’s state of preservation; this may be a wax figure. The translation of the Latin inscription above her tomb reads:

Imelda Lambertini

 

A virgin of Bologna in ancient Coenobio

St. Mary Magdalene in the Valley of Peter,
Emulating the innocent angel
When, long ago, she desired most passionately 
To approach the sacred altar,
But did not reach it because of her tender youth.
Jesus Himself, overcome by her great love,
Four days before the Ides of May in the year 1333
He descending from heaven, restored her in a new miracle with the divine bread,
Embracing her as a spouse,
He filled her with so much ecstatic joy
That the bonds of her fragile body were broken
And her most innocent spirit flew away from this earth
To the eternal banquet of Christ.

 

Oh blessed citizen of Bologna
You whose bones protect this place with their religious power,
Watch over the chaste line of children,

Caposele

 

Relic: St. Gerard Majella
Where: Caposele, Italy

Cascia

 

Relic: St. Rita of Cascia (incorrupt)
Where: Basilica of St Rita in Cascia, Italy

Castello

 

Relic: Blessed Margaret of Castello (incorrupt) 
Where: Church of St. Domenico, Castello, Italy

Lanciano

 

Relic: Eucharist whose accidents had turned also to Flesh in A.D. 700
Where: Church of Lagontial, Lanciano, Italy. A Basilian monk who was offeriing Mass in the church of St. Legonziano in Lanciano began to doubt the real presence of Christ under the sacred species after the consecration. At that very moment, the priest saw how the sacred host was transformed into human flesh and the wine into blood, which later coagulated. These relics are kept in the cathedral. On Nov. 18, 1970, Dr. Edoardo Linoli analyzed the remains of “miraculous flesh and blood” and concluded that it was human myocardial tissue and genuine blood, respectively.

Milan

 

Relic: St. Ambrose
Where: Basilica of Sant’Ambrogio, Milan, Italy (crypt open on his Feast Day)

Relic: St. Charles Borromeo
Where: Cathedral of Milan, Italy

Monoppello

 

Relic: St. Veronica’s Veil (?)
Where: Carthusian Monastery, Monoppello, Italy. If this is the true Veil of Vernoica, the history goes like this: the veil had been kept at St. Peter’s Basilica, Rome, Italy (there is a niche for it near the statue of St. Veronica there), but was removed from there when St. Peter’s was being rebuilt, and taken to this monastery in A.D. 1608. There is either a copy of the veil at the Vatican today in the aforementioned niche, or the one at the Vatican is the original (all other copies of the Veil were prohibited by Pope Paul V in 1616).

Naples

 

Relic: St. Januarius (Genarro)
Where: Cathedral of Naples, Naples, Campania, Italy. A vial of St. Genarro’s dried blood liquefies and “boils” when brought near his head 18 times a year.

Monte Cassino

 

Relic: St. Benedict and St. Scholastica 
Where: Abbey of Monte Cassino, on a hill overlooking Monte Cassino, Italy

Montefalco

 

Relic: St. Clare of Montefalco (incorrupt)
Where: Church of the Holy Cross, Montefalco, Italy

Nettuno

 

Relic: St. Maria Goretti
Where: Our Lady of Grace, Nettuno, Italy

Padua

 

Relic: St. Anthony of Padua 
Where: Basilica of St. Anthony, Padua, Italy. When St. Anthony’s coffin was opened 30 years after his disposition, most of his body was found to have returned to dust but for his tongue, which remained fresh as a sign of his gift of preaching. It is this that is kept at the Basilica.

Relic: St. Luke
Where: Basilica of St. Justina in Padua, Italy

Pavia

 

Relic: St. Augustine
Where: San Pietro in Ciel D’Oro, in Pavia, Italy

Rieti

 

Relic: St. Barbara
Where: Cathedral of Rieti, Italy

Rome

 

Relic: Titulus Crucis, a Crucifixion nail, relic of the True Cross, two thorns from the Crown of Thorns, the greater part of the sponge used to give Christ vinegar, a piece of the cross of the good thief (St. Dismas), finger of St. Thomas the Apostle 
Where: Santa Croce in Gerusalemme (Holy Cross in Jerusalem) 12 Piazza di Santa Croce in Gerusalemme, Rome, Italy. The church, whose floor was packed with soil from the Holy Land, was consecrated about A.D. 325, in an older building that was rebuilt to house the Passion Relics brought to Rome by St. Helena, Constantine’s mother. The “Titulus Crucis” is the sign that hung over Christ’s Head, naming Him as “King of the Jews.”

Relic: St. Agnes 
Where: Sant’ Agnese fuori le mura (St Agnes Outside the Walls), 364 Via Nomentana, Rome, Italy. The church is built over St. Agnes’s tomb. Her head is preserved at the Sancta Sanctorum in the area.

Relic: Many Popes, including: St. Peter; St. Leo the Great; St. Gregory the Great; St. Pius X (incorrupt). Many Saints, including St. Gregory Nazianzen. 
Where: San Pietro in Vaticano (St. Peter’s Basilica, Vatican City, Italy)

Relic: St. Jerome and St. Pius V (incorrupt), part of the manger, the icon Salus Populi Romani
Where: Santa Maria Maggiora (St. Mary Major) 42 Piazza di Santa Maria Maggiore, Rome, Italy

Relic: St. Bartholomew, Apostle (?)
Where: St. Bartholomew-in-the-Island, Rome, Italy

Relic: St. Lawrence and St. Stephen 
Where: San Lorenzo fuori le Mura (St Lawrence outside the Walls, a.k.a. San Lorenzo in Campo Verano) 3 Piazzale del Verano, Rome, Italy. The church is built over the tomb of St. Lawrence. St. Stephen was brought from Constantinople by Pope Pelagius II. Another church, San Lorenzo in Panisperna, was built over the place of St. Lawrence’s martyrdom, and there one can see the gridiron upon which he was put to death.

Relic: St. Paul 
Where: Some of St. Paul’s relics are kept at the Basilica of St. Paul’s Outside the Walls (San Paolo Fuori Le Mura). At the Church of the Decapitation (Church of San Paolo Alle Tre Fontane), built over the site he was beheaded, you can see the marble column to which St. Paul was bound, the table on which he died, and three springs that sprang up at the spot where he was killed (the springs are now operated mechanically).

Relic: SS. Cosmas and Damian
Where: Church of Saints Cosmas and Damian, Rome, Italy

Relic: Hearts of Popes Sixtus V, Urban VII, Gregory XIV, Innocent IX, Clement VIII, Leo XI, Paul V, Gregory XV, Urban VIII, Innocent X, Alexander VII, Clement IX, Clement X, Bl. Innocent XI, Alexander VIII, Innocent XII, Clement XI, Innocent XIII, Benedict XIII, Clement XII, Benedict XIV, Clement XIII, Clement XIV, Pius VII, Leo XII, Pius VIII, Gregory XVI, Bl. Pius IX (all the Popes from Sixtus V, who died in 1590, to Pius IX, with the exception of Pius VI)
Where: Santi Vincenzo e Anastasio (Church of SS. Vincent and Anastasius), in the Piazza di Trevi, Rome

Relic: Steps of Pilate’s house that Christ ascended for His sentencing (moved from Jerusalem to Rome by St. Helena)
Where: Basilica of St. John Lateran, Rome, Italy. Also in this basilica is a monument to Pope Sylvester II that is said to “cry” before a Pope dies (its marble becomes moist).

Relic: St. Cecilia
Where: Basilica of St. Cecilia, Rome, Italy. St. Cecilia was originally buried in the Catacombs of St. Callixtus (Catacombe di San Callisto), but in A.D. 821, Pope Paschal I collected some of the remains of the Saints to preserve them from raiders. Her relics were lost, though, but the Pope dreamed of where could be found. Her incorrupt body was located in what is now the Crypt of St Cecilia in those Catacombs.

Relic: St. Sebastian
Where: Church of St. Sebastian, Rome, Italy. (St. Sebastian’s head is at Church of the Four Crowned Martyrs — “Santi Quattro Incoronati)

Relic: St. Monica
Where: Church of St. Augustine in Campo Marzio, Rome, Italy

 

Relic: St. Ignatius of Loyola  and St. Robert Bellarmine
Where: Church of the Gesu, Rome, Italy

Relic: St. Catherine of Siena and Fra Angelico 
Where: Altar at the Basilica of Santa Maria Sopra Minerva, Rome, Italy (St. Catherine’s head is in the Church of San Domenico, Siena, Italy)

 

Note: 
Also of interest in Rome are two sites rather like Kostnice in the Czech Republic (see above). The first is the Cimitero dei Capuccini, the Capuchin catacombs near Piazza Barberini. This subterranean crypt underneath the Church of Santa Maria della Concezione contains the bones of monks and others arranged in artistic designs. The second is S.Maria dell’Orazione e Morte, located at via Giulia 262. This place contains the bones of unknown people who died and had no one to bury them, and who were buried by a Confraternity that had charge of such things and offered Masses for their souls.

San Giovanni Rotondo

 

Relic: St. Pio of Pietrelcina (Padre Pio)
Where: Padre Pio Shrine, San Giovanni Rotondo, Italy

Turin

 

Relic: St. John Bosco (incorrupt), St. Dominic Savio, St. Maria Mazzarello (incorrupt)
Where: Basilica di Maria Ausiliatrice (Mary Help of Christians), Turin, Piedmont, Italy. In Valsalice, Piedomont, you can see the room where St. John Bosco died, kept exactly as it was when he went to his Heavenly reward.

Relic: The Holy Shroud
Where: Royal Chapel of the Holy Shroud, Cathedral of San Giovanni, Turin, Piedmont, Italy (since A.D. 1578)

 

Venice

 

Relic: St. Lucy
Where: Church of San Geremia Venice, Italy. Her remains, moved from Syracuse to Constantinople, were translated from Constantinople to Venice in A.D. 1204. Her head, however, may be venerated at the Cathedral of Bourges France (it was sent to Louis XII).

Relic: St. Roch
Where: Church of San Rocco, Venice, Italy.

 
Peru

Lima

 

Relic: St. Martin de Porres
Where: Convent of the Holy Rosary, Lima, Peru 
 


Poland

Krakow

 

Relic: SS. Hedwig (Jadwiga) and Stanislaus
Where: Cathedral Basilica of St. Stanislaus and St. Wenceslaus. (”Wawel Cathedral”), Krakow, Poland

Spain

Agreda

 

Relic: Venerable Mary of Agreda (incorrupt) 
Where: 
Convent of the Conception, Agreda, Spain 

 

Avila

 

Relic: St. Teresa of Avila (incorrupt)
Where: Convent of St. Teresa, Avila, Spain (St. Teresa’s heart is in the Carmelite Convent in Alba de Tormes, Spain) 


Compostela

 

Relic: St. James the Greater
Where: Cathedral of Santiago de Compostela, Compostela, Spain

Granada

 

Relic: St. John of God
Where: Iglesia de San Juan de Dios, Granada, Spain. At the Museo de S. Juan de Dios. Calle Convalescencía, you can see the room in which he died, along with some of his belongings.

Oviedo

 

Relic: Sudarium of Oviedo (the second linen used to cover Jesus’ Face at His entombment)
Where: Cathedral of Oviedo, Oviedo, Spain

Segovia

 

Relic: St. John of the Cross
Where: Segovia, Spain


Sweden

 

Vadstena

 

Relic: St. Birgitta
Where: Vadstena Cloister, Vadstena, Ostergotlands Lan, Sweden

United States

 

Chicago, Illinois

 

Relic: Over 2000 relics, including some of all 12 Apostles and 24 of the 33 Doctors of the Church
Where: St. John Cantius Parish, 825 North Carpenter Street Chicago, Illinois 60622-5405, Phone: 312-243-7373

St. Marys, Kansas

 

Relic: Practically every Saint who’s ever lived
Where: At St. Mary’s Academy, there’s a Relic Chapel that contains an incredible amount of first class relics (though no major tombs or shrines). The address is: St. Mary’s Academy & College, 200 E. Mission Street, St. Marys, KS 66536

Louisville, Kentucky

 

Relic: St. Bonosa and St. Magnus
Where: At St. Martin of Tours parish church, 639 South Shelby Street, Louisville, Kentucky, 40202

Emmitsburg, Maryland

 

Relic: St. Elizabeth Ann Seton
Where: Seton Shrine Chapel, Emmitsburg, Frederick County, Maryland

Relic: St. Frances Cabrini 
Where: St. Frances Cabrini Shrine, 701 Fort Washington Avenue, New York City, New York

Maria Stein, Ohio

 

Relic: Practically every Saint who’s ever lived
Where: Another Relic Chapel like that of St. Mary’s Academy in Kansas (no major tombs or shrines) is the Maria Stein Center. The address is: 2291 St. Johns Road, Maria Stein, Ohio 45860, (419) 925-4532

Philadelphia, Pennsylvania

 

Relic: St. John Neumann
Where: National Shrine of Saint John Neumann, 1019 North Fifth Street, Philadelphia, Pennsylvania 19123

Pittsburgh, Pennsylvania

 

Relic: Practically every Saint who’s ever lived
Where: Another Relic Chapel — the largest in the United States — is St. Anthony’s Chapel in the Most Holy Name of Jesus parish. The address is: 1700 Harpster St., Pittsburgh, Pennsylvania (Troy Hill).