Hidup berkeluarga adalah panggilan. Sudahkah Anda menghayati panggilan ini? Berikut 4 pertanyaan yang perlu Anda ajukan sebagai anggota keluarga. Jawaban keempat pertanyaan ini harus “ya” untuk mengindikasikan bahwa Anda merasa bahagia di dalam keluarga Anda.

  1. Apakah Anda merasa punya “home”? Meski di rumah hanya ada nasi putih, sayur bayam, dengan lauk yang begitu-begitu saja, tapi Anda merasa senang. Makanan itu tetap terasa enak, karena di rumah Anda makan dengan rukun bersama keluarga. Boleh saja sesekali ada pertengkaran, karena itu justru menjadi “bumbu” yang menyedapkan. Tapi di rumah itulah Anda merasakan adanya kenyamanan, dan rasa memiliki (sense of belonging) sebuah keluarga. Rumah telah menjadi “home” dan bukan sekedar “house” bagi Anda.
  2. Apakah ada komunikasi? Dulu semasa pacaran, panggilan-panggilan mesra selalu terdengar. “Hello, honey…” Tapi setelah menikah, “Heh… heh…” Bahkan sebelum menikah pun sudah memanggil “papi” atau “mami”, tapi setelah menikah, ternyata yang meluncur justru kalimat, “ Hei… kamu!” Apalagi adanya fb, plus segala keasyikan dan ‘iming-iming’ dari dunia maya, para suami jadi lebih senang berada di depan komputer daripada mengantar istrinya jalan-jalan ke mal. Komunikasi pun menjadi tak lancar, karena masing-masing asyik dengan dunianya sendiri. Tidak adanya komunikasi ini akhirnya membuat perkawinan menjadi tidak harmonis.
  3. Apakah ada senseless love – cinta tanpa syarat, cinta yang tidak menuntut balik untuk segala yang diberikan? Cinta suami istri adalah cinta yang hanya memberi. Cinta istri yang seperti air yang mengalir akan membuatnya memperoleh cinta suami yang juga tak pernah berhenti mengalir. Tapi kalau cinta itu sudah menuntut balik, apalagi ada embel-embel materi, keluarga akan berada di ambang perpecahan.
  4. Apakah saling memberikan waktu untuk keluarga? Bila Anda sekarang ini selalu punya waktu untuk anak-anak, maka kelak anak-anak juga akan punya waktu untuk Anda. Tapi kalau sekarang Anda selalu beralasan tidak punya waktu untuk anak-anak, karena sibuk bekerja dari pagi sampai malam, jangan heran kalau suatu hari nanti, ketika Anda sudah pensiun, sudah di rumah saja, anak-anak juga akan tidak punya waktu untuk Anda. Dan ketika Anda bertanya, “Kenapa tidak pernah mengunjungi mama-papa?”, jawabannya adalah, “Maaf Ma, maaf Pa, kami sibuk sekali.”

Jangan berjanji untuk menjadi orang yang baik selama setahun, karena besok Anda pasti sudah gagal. Berjanjilah untuk menjadi orang yang baik satu hari saja, setiap pagi. Dari pagi sampai malam, Anda boleh berjuang untuk menjadi ayah yang terbaik, suami yang terbaik, istri yang terbaik, dan anak yang terbaik. Malam harinya, bersyukurlah kepada Tuhan, untuk keberhasilan satu hari yang sudah Anda raih. Dan esok pagi, berikan lagi janji yang sama pada Tuhan. Lakukan setiap hari! (01)

Disarikan dari Homili RD Alfons Sebatu Pr., dalam Misa Penutupan Rekoleksi KTM bertema “Keluarga Kristiani Menghadapi Era Globalisasi” di Katedral Bogor, Selasa

sumber http://www.catholicdailyindonesia.com/4-pertanyaan-untuk-keluarga-kristiani/